Hati oh hati

HATI OH HATI

Setiap manusia pasti ingin menjadi manusia yang baik dan benar, manusia yang baik dan benar sudah tentu akan menimbulkan keindahan yang luar biasa, tidak membosankan untuk dipandang. Untuk itu menjadi manusia yang benar dibutuhkan suatu permulaaan yang benar pula, di mana permulaan yang benar itu  butuh sebuah keikhlasan, kebenaran tanpa keikhlasan ibarat fatamorgana, dan keikhlasan tanpa kebenaran adalah utopia belaka. Keikhlasan  hanya terdapat pada niat yang suci, memulai segala sesuatu dengan niat yang suci adalah keniscayaan. Kesucian terletak pada hati yang bersih, hati yang senantiasa tertambat pada Allah. Sebaliknya hati kotor akan sulit sekali melihat kebenaran. Jadi, ketika seseorang ingin menjadi orang yang benar, sudah seharusnya dimulai dari hati yang bersih.

Selain hati yang bersih, untuk menjadi manusia yang benar dibutuhkan piranti yang lain, yaitu ilmu pengetahuan yang mendalam. Disebut sebagai ilmu hanya ketika masih berada dalam tataran akal, namun ketika sudah masuk ke dalam hati maka ilmu akan berubah menjadi hikmah. Hati yang bersih dan ilmu yang mendalam kedua-duanya harus berfungsi, jika hanya salah satu saja yang berfungsi maka tidak akan memberi manfaat bagi manusia sama sekali.

Dua hal besar yang dapat mempengaruhi kondisi hati setiap manusia, yaitu akal dan nafsu. Kedua hal tersebut dapat menimbulkan resonansi pada hati manusia. Sebagaimana telah kita ketahui, resonansi bunyi dalam Fisika diartikan  proses ikut bergetarnya suatu benda diakibatkan bergetarnya benda yang lain. Begitu pulalah yang terjadi pada hati menusia.  Hati manusia diibaratkan sebagai kotak gitar, sedangkan akal dan nafsu sebagai senarnya. Jika senar akal yang kita petik, maka getarannya akan ikut menggetarakan  udara dalam hati, sehingga suara ilmulah yang akan keluar nyaring dari diri kita. Berbeda ketika senar nafsu yang kita petik, getarannya akan menggetarkan udara pada hati dan suara syahwatlah yang akan nyaring terdengar.

Suara akal maupun suara nafsu keduanya akan dicerna di dalam hati. suara tersebut sangat bergantung dari getaran yang ditimbulkannya. Getaran yang kasar akan menimbulkan suara yang kasar, begitu pula sebaliknya getaran yang halus akan menghasilkan suara yang halus. Akal memberikan getaran yang halus sehingga suara yang ditimbulkan oleh akal adalah suara yang lembut, beraturan dan indah, suara yang lembut tersebut akan membawa ketenangan. Sementara nafsu memberikan getaran yang kasar, sehingga suara yang ditimbulkan pun suara yang keras, tidak beraturan bahkan memekakkan telinga. Sebagai contoh di saat seseorang itu sedang marah, coba rasakan detak jantungnya, berdebar-debar tak beraturan.

Suara lembut dari akal yang nyaring terdengar akan menghasilkan amal-amal shalih, sebaliknya apabila suara syahwat yang nyaring terdengar, maka amal thalihlah (buruk) yang akan kita hasilkan.

Kerasnya suara yang dihasilkan syahwat dan memekakkan telinga akan menyebabkan hati menjadi sakit. Hati yang sakit tesebut apabila tidak diobati dan diibiarkan terus menerus akan menjadi keras, hati yang keras  pun lama kelamaan akan membatu, tertutup bahkan akan terkunci, tanpa adanya penanggulangan. Kondisi-kondisi hati tersebut sesuai dengan yang digambarkan dalam Al Qur’anui Karim.

Tingkatan paling ringan dari kotornya hati yaitu hati yang sakit, hati yang sakit ini timbul akibat dosa-dosa yang telah dilakukan. Seorang Ulama menggambarkan sebuah dosa “Sesungguhnya di sebelah tangan kita tergenggam pisau. Kemanapun kita pergi pisau tersebut akan selalu terbawa, dengan keberadaan pisau tesebut, kalau kita tidak hati-hati, maka kita akan tertusuk. Begitupun  dengan dosa, setiap kita melakukan dosa, pada hakikatnya kita telah menusuk dan melukai hati kita.” Sebenarnya dalam hal ini berlaku prosedur ketidaksengajaan, bayangkan apakah ada seseorang yang mau melukai dirinya sendiri? Tentu tidak, tidak seorangpun yang mau menusuk dan melukai dirinya sendiri. Begitupun ketika seseorang melakukan perbuatan dosa, maka ia telah melukai dirinya, khususnya melukai hatinya.

Luka hati yang diderita tergantung sejauh mana dosa yang dilakukannya. Semakin banyak dosa yang dilakukannya maka akan semakin banyak goresan luka pada hatinya. Semakin besar dosa yang dilakukan semakin dalam luka yang telah dibuatnya. Seperti yang dinyatakan di dalam Al Qur’an surat Al Baqarah “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdosa” (QS. Al Baqarah : 10)

Adapun indikasi dari hati yang sakit adalah timbulnya rasa resah gelisah dan tiada ketenangan diri.

Hati yang keras, diibaratkan bagai kayu, penyebabnya yaitu ketika manusia membiarkan luka dalam hatinya menganga, infeksi, dan mengeras tanpa ada upaya untuk mengobatinya.  Indikasi hati yang keras yaitu tidak merasa bersalah dengan kesalahan yang dilakukannya tetapi justru sering membuat-buat alasan untuk menutupi kesalahannya. Kondisi ini akan menimbulkan kesusahan, dihantui oleh rasa takut pada Allah.  Saat rasa susah dan takut tersebut diabaikan dan tiada penyesalan setelah melakukan dosa ataupun bertaubat maka akan mengeraslah   hatinya. “ Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al Aan’am : 43)

Hati yang membatu, membatunya hati diakibatkan adanya rasa kesenangan terhadap kesalahan yang dilakukannya. “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh telah mengalir sungai-sungai daripadanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah tidak sekali-kali lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Baqaraaah : 74)

Jenis hati selanjutnya yaitu hati yang tertutup, tertutupnya hati diakibatkan jika sudah menolak kebenaran yang dibisikkan oleh suara hati. Contoh hati yang sudah tertutup yaitu sering sms yang tidak selayaknya dilakukan ke lawan jenis, merasa bangga banyak lawan jenis tertarik padanya dsb.  “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka” (QS. Al Muthaffifin : 14)

Hati yang terkunci, jenis hati yang terakhir ini lebih sulit untuk dibuka kembali, bisa dibuka kembali hanya oleh orang yang benar-benar mengetahui kunci hati.  “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman.”

(QS. Al Baqarah:6)

Dengan demikian maka petiklah senar diri dengan benar. Petikan senar akal akan menghasilkan ilmu, jika kondisi hati bersih maka akan terelahir amal shalih yang menghasilkan suara yang lembut, beraturan, indah dengan frekuensi tinggi (108). Frekuensi tersebut akan menghasilkan gelombang radio (suara). Jika kita dapat dengan konsisten memetik suara ilmu maka akan dapat dengan jelas mendengar suara hati. saat sedang dalam kebingungan hati dapat dimintai fatwanya, seperti yang dinyatakan oleh Rasululloh “ Mintalah fatwa pada hatimu” Jika keistiqomahan amal shalih senantiasa terjaga, frekuensi yang dihasilkan senar akal tersebut dapat meningkat menjadi 1014, di mana pada frekuensi ini menghasilkan gelombang cahaya, yang melebihi kecepatan gelombang suara. Cahaya tersebut berpendar dan merambat kesekujur tubuh kita, hati menjadi bercahaya. Dengan hati seperti ini kita akan dapat dengan spontan melakukan kebaikan. Tidak memerlukan waktu sedetikpun untuk berpikir dalam melakukan sebuah kebaikan.

Sebagai contoh ketika kita marah, apabila kita memetik senar yang menghasilkan frekuensi 108, maka kita berhenti sejenak untuk mendengarkan suara hati untuk memutuskan bahwa kita kan memaafkannya. Namun, jika senar dengan frekuensi 1014 yang kita petik maka prosesnya begitu cepat, bahkan sebelum orang tersebut minta maaf pada kita, kita sudah memaafkannya.

Petiklah senar akal dengan senantiasa mencari ilmu, dan istiqomah dalam melakukan amal-amal shalih. Wallahu’alam.

Leave a comment