Hati lemah

Hati  lemah

Oleh Ustadz Drs. H. Syathori Abdurrouf

“Apa ?! Saya harus memaafkan dia ?

Sorry saya tidak bisa!”

“Tiap malam saya harus tahajud ? Maaf, saya tidak sanggup.”

“Sholat jama’ah selalu di masjid ? Afwan, saya tidak mampu.”

Begitulah kata-kata standar yang biasa diucapkan oleh orang yang enggan beramal baik. Mereka membiarkan saja kesempatan beramal baik lewat, untuk kemudian mereka menutup-nutupi kemalasan/keengganan mereka itu dengan kata-kata ; tidak bisa, tidak sanggup, tidak mampu.

Betapapun kata-kata tersebut dianggap sebagai justifikasi (pembenaran) atas keengganan dan kemalasan mereka, namun di dalamnya terkandung pengakuan akan lemahnya keadaan hati mereka.

Ya, lemahnya hati inilah yang sesungguhnya menjadi penyebab seseorang mudah sekali mengatakan : saya tidak bisa, saya tidak sanggup, saya tidak mampu.

Memang, bagi orang yang hatinya lemah, ia akan melihat peluang kebaikan itu seperti barang yang sangat berat yang harus ia pikul. Betapapun barang tersebut sangat bermanfaat untuk dirinya, tetap saja ia enggan untuk memikulnya.

Begitulah orang yang hatinya lemah, ia melihat kebaikan bagai beban berat yang menindihnya.

Mengapa hati lemah ?

Sebagaimana tubuh, maka hati manusiapun bisa lemah karena sebab-sebab berikut : sakit, lumpuh, letih dan buta.

  1. a. Hati sakit

Belajar dari sakitnya tubuh kita, maka diagnose awal seseorang itu terdefinisi hatinya sakit adalah ketika hati tidak mampu melaksanakan tugas yang diamanahkan kepadanya secara baik. Tugas tersebut adalah : mengenal Alloh dan mencintai-Nya, merindukan perjumpaan dengan-Nya, mentauhidkan-Nya, cinta dan benci karena-Nya, bahagia dan susah juga karena-Nya, bertawakal hanya kepada-Nya dan menetapkan-Nya sebagai satu-satunya Ilah yang berhak untuk disembah. Tiada ilah kecuali Dia.

Ketika tugas-tugas hati yang sedemikian fundamentalnya dalam kehidupan seseorang ini tidak terlaksana secara baik, maka kita bisa membayangkan akibat yang ditimbulkannya, salah satunya adalah malas dan enggan melakukan kebaikan.

Sakitnya hati diakibatkan oleh karena luka yang menorehkan hitam darah kebusukan yang menggelimangi sekujur tubuhnya. Manakala toreh luka tersebut tidak segera diobati, maka sangat mungkin luka tersebut akan membusuk dan menjalar ke sekujur tubuhnya, untuk kemudian mengantarkannya menuju kematian.

Lantas apa yang membuat hati seseorang itu tertoreh luka ? Dosa…??! Ya, dosa. Ketika seseorang melakukan dosa, dalam ujud apapun, maka dosa tersebut akan berubah menjadi sembilu yang ia torehkan ke dalam hatinya sendiri. Semakin besar dosa yang dilakukannya, maka semakin banyak pula sembilu-sembilu yang menancap di lubuk hatinya.

Penyebab lain sakitnya hati adalah masuknya bakteri dan virus seperti riya’, takabbur, bakhil, benci, dengki, dan lain sebagainya.

  1. b. Hati lumpuh

Kelumpuhan biasanya terjadi karena tidak ada atau tidak berfungsinya unsur-unsur yang menguatkan. Lumpuhnya tubuh semisal disebabkan karena tidak ada atau tidak berfungsinya tulang yang menguatkannya.

Demikian pula dengan lumpuhnya hati. Ia disebabkan oleh karena tidak adanya “tulang” yang menguatkannya. Tulang itu adalah tersimpannya Keagungan dan Kebesaran Alloh di dalam hati.

Orang yang sudah merasakan Keagungan dan Kebesaran Alloh, maka ia akan memandang kebaikan sebagai satu kebutuhan yang niscaya baginya. Sebab dengan kebaikan itulah ia bisa mengekspresikan pengagungan dan penghambaan dirinya kepada Alloh.

Ia bahkan bisa merasakan kelezatan spiritual yang tiada tara di setiap kali ia mewujudkan penghambaan tersebut dalam amaliyah ibadah mahdhoh, seperti sholat, zakat, shoum, haji, dzikir, tilawah al Qur’an dan lain sebagainya. Baginya ibadah mahdhoh merupakan media bersua dengan Sang kekasih. Saat itulah jiwanya akan terbang ke alam malaikat untuk “bercengkrama” dengan-Nya, menyampaikan keluh kesahnya, pengharapannya, kecemasannya dan juga cinta kasihnya serta memahami kehendak-kehendak-Nya atas dirinya.

Karena itulah ibadah mahdhoh, bagi seorang muslim, memang bukanlah sebuah beban, melainkan sebagai sebuah kebutuhan asasi, yang dengannya kerontang ruhani akan terbasahi, gelisah, rindu akan terobati dan kedamaian sukmawi pun akan termiliki.

Namun tidak demikian dengan orang yang hatinya lumpuh, yakni mereka yang tidak atau belum merasakan Kebesaran dan Keagungan Alloh, ia akan melihat ibadah mahdhoh bagai beban berat yang menindihnya. Ia  tidak mungkin bisa merasakan nikmat dan lezatnya amal-amal ibadah tersebut.

  1. c. Hati letih

Keletihan biasanya terjadi karena manusia memikul beban yang sangat berat dalam waktu yang cukup lama. Demikian pula halnya dengan hati, ia akan merasakan keletihan yang sangat manakala memikul beban yang sangat berat. Beban berat itu adalah hubbul dunya (cinta dunia).

Orang yang mencintai dunia, berarti ia telah meneteskan dunia ke dalam hatinya, padahal dunia bagi hati adalah air kumuh yang mengotori. Saat kotoran melumuri hati, maka keletihan pun akan menderanya.

Ya, siapapun akan menyadari ketika setitik kelezatan dunia menetes-basahi hati, maka yang terasa bukanlah nikmat yang menyejukkan, melainkan dahaga yang meletihkan. Tak ubahnya bagai orang kehausan yang meminum air laut yang kotor.

Kelezatan macam apakah seperti ini ?

Kelezatan semu….?

Ya, kelezatan semu, bahkan palsu. Kelezatan yang hanya akan membuat seseorang hidup dalam bayang-bayang uthopia, bahkan beban-beban khayalia. Kelezatan yang tidak hanya membuat rakus terhadap dunia, tapi juga membelainya untuk rela diperbudak dunia. Dan inilah awal manusia hidup dalam keletihan. Letih karena setiap saat harus meladeni dan melayani dunia, mulai dari sekedar mengingat-ingatinya, menghayalkannya, mengusahakannya, menjaganya dan memamerkannya serta menyombongkannya.

Hati manusia sesungguhnya teramat mulia kalau harus ditetesi kenisbian dunia, sebagaimana ia pun terlalu suci kalau harus dimasuki oleh kesemuan dunia. Di hati seorang hamba beriman tidak akan dijumpai walau setetespun kenikmatan dunia, meski jasad kasarnya basah kuyup oleh karenanya.

Al qur’an sendiri menyebut dunia sebagai kekayaan yang menipu (mata’ul ghurur).

Seorang ulama’ ahli hikmah pernah berujar : “Keberadaan ciptaan Alloh (dunia) ini seperti sebuah bayangan pohon didalam air, ia tidak akan bisa menghalangi jalan perahu yang melintasinya. Karena itu tidak ada satu benda pun yang bisa menghalangi seorang hamba di dalam berjalan menuju Alloh,kecuali kalau ia menyangka bayangan itu sebagai kenyataan yang betul-betul “ada”.

Memang ketika dunia yang “tiada” ini dianggap “ada”, maka dunia tidak akan pernah sunyi untuk sekedar dipergunakan buat merenung dan berfikir sekalipun. Suaranya teramat gaduh, berisik, membuat telinganya menjadi pekak dan tuli, bahkan gelegarnya bisa merontokkan dinding dan benteng pertahanan iman. Fatamorgananya pun sangat menyilaukan, membuat perih di mata, sehingga selalu gagal mengais, menemukan dan memungut kebenaran. Jasad pun harus bersimbah peluh ketakutan, kecemasan, kebimbangan, keputus-asaan dan keletihan.

  1. d. Hati buta

Sudah menjadi realita, orang yang buta, dalam banyak hal, punya kelemahan. Salah satu kelemahan itu adalah tidak bisa membedakan warna-warna yang ada di hadapannya.

Demikian pula dengan orang yang buta hatinya; ia pun tidak akan bisa membedakan antara warna kebaikan dan warna keburukan, akibatnya bagaimana mungkin ia bisa melakukan yang baik secara terus menerus. Kalaupun ia bisa melakukan maka itu hanya kebetulan semata.

Kebutaan hati berawal dari sikap “menulikan” diri dari mendengar kebaikan yang dibisikkan oleh hati nurani dan bersikap acuh dan tidak perduli dengan kesempatan kebaikan yang terhampar di hadapan.

Akibat dari sikap tuli ini adalah ia akan “bisu” untuk menyatakan kebaikan juga kebenaran, baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatannya.

Akhirnya kebisuan terhadap kebaikan dan kebenaran ini akan mengantarkan seseorang ke pusara “kebutaan”. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)”. (al Baqarah : 18). Wallohu a’lam

Ya Alloh, wahai yang tiada Ilah selain Engkau. Selamatkan kami semua dari berbagai kelemahan; lemah fisik, lemah harta, lemah ilmu, lebih-lebih lemah iman ya Alloh.

Ya Alloh karuniakan kepada kami hati yang kokoh lagi kuat, yang bisa “mengusung” segala kebaikan untuk kami antarkan dan kami persembahkan kepada-Mu ya Alloh.

Ya Alloh kabulkan do’a kami.

Baca edisi berikutnya :

Therapi mengatasi hati lemah

Mutiara Hikmah

Barang siapa yang menginginkan dan memilih dunia daripada akherat, maka Alloh akan menimpakan enam akibat kepadanya; 3 di dunia dan 3 di akherat. Adapun tiga akibat di dunia adalah :

  1. Angan-angan yang tiada henti
  2. Rakus yang menguasai
  3. Dicabut darinya nikmat beribadah.

Sementara tiga akibat di akherat adalah :

  1. Haru biru hari kiamat
  2. Hisab yang berat
  3. Kesedihan yang berkepanjangan

Responses

  1. izin nyimak .. sukron 🙂

  2. Izin share. .
    Syukron ilmunya 🙂

  3. silahkan..:)

  4. ckup bermanfaat buat diri saya.

  5. Alhamdulillaah..:-)

  6. Mau minta solusi dwnk saya sering bgt takut dkeramaian banyak orang dan ngrasa hati saya sakit ketika dkeramaian orang , dan akhir nya saya ngerasa enek dan pengen muntah , gmna yach solusinya

  7. Banyak2 istighfar.. Semoga Allah menguatkan


Leave a comment