Renungan

Renungan…

RENUNGAN…

Penat fikirku…

Penat rasaku yang entah oleh apa

Sesak nafasku…

Cekat faringku juga entah sebabnya

Malaikat di pundak kiriku kan siap menarikan penanya

Jika saja rasa ini berkata dulu lebih indah

Jika tak bisa ku jadi nahkoda lihai tuk qalbuku sendiri

Ternyata,

Betapa lemah diri ini hingga hanya raga sendiri yang sempat terfikir

Betapa angkuhnya hingga merasa jutaan batu telah sanggup kupanggul dengan tubuh tegak di punggung ini

Seringkali riya qalbu ini hingga bernafsu menyiarkan betapa kuatnya diri ini

Menerima begitu banyak cobaan yang nyatanya jadi sia – sia tak ada makna

Karena keruhnya fikir dan rasa

Ini akan terus mengalir, meski dengan alur berliku

Dengan terjalnya bebatuan

Dengan gemercik riak airnya karena dangkal fikir

Ini adalah alur karena tinta emasNya yang kan terus tertoreh oleh besar dan kayanya kasih dan cinta tak tertandingi

Untuk kami…

Yang kan selalu berharap dan memohon belas kasih

Hanya pada Satu Tujuan

Kemana hilangnya peka

Nuranimu, hatiku

Ataukah memang tak pernah ada

Akankah terus kau biarkan tetesan peluhnya menjadi sia – sia

tanpa makna

Akankah terus kau acuhkan luka hatinya terus memerah

Tanpa penawar sakit

Perahu yang terus terdayung tanpa arah

Pulau harta karun yang tak kunjung terlihat

Masih tak berartikah tiap butiran peluh dan tiap torehan luka hati

mereka bagimu?

Menolehlah sejenak…

Lihatlah tatapan mata – mata indah itu

Lihat lambaian tangan – tangan mereka

Tatapan teduh nan ikhlas dan tulus

Tatapan penuh harap

Jangan kembali berpaling

Hingga kau temukan peka nuranimu. (Wyd)

(Majalah Al Mu’alim, Juni 2004 MII_KMFM )

Abu Bakar Ash Shidiq telah mengingatkan :

Setiap kalian akan memasuki pagi dan petang dalam takaran usia yang tersembunyi dari pengetahuan kalian.

Bila engkau bisa untuk tidak melewatkan setiap jenak usia itu dengan amal kebajikan, maka lakukanlah.

Tetapi kalian tidak akan bisa melakukannya tanpa pertolongan Allah.

Maka, bergegaslah, menyusuri rentang – rentang kesempatan yang diberikan jatah usia itu, sebelum ia datang memupus segala pekerjaan. ”

Dan Jejak Itu………..

Jalan dakwah memang tidak bertabur bunga – bunga bahkan malah sebaliknya, ia merupakan satu jalan yang susah dan panjang dengan banyaknya batu sandungan. Namun, sudah menjadi kepastian, bahwa ia jalan yang lurus, jalan yang telah ditempuh para Nabi, Rasul, dan mukmin sejati. Jalan yang menjanjikan surga melebihi luasnya langit dan bumi. Jalan yang mengantarkan kita untuk meraih cinta Sang Pencipta alam raya. Dialah Allah…

Kawan….

Jalan ini hanya bisa ditempuh oleh mukmin berjiwa pejuang, yang dengannya ia bermuram hati, rela berkorban untuk merakit kerja – kerja dalam sunyi dan waktu tanpa batas. Karena jalan dakwah bukan ditentukan atas umur manusia, ia akan terus berjalan walau satu – persatu gugur sebagai sang pejuang. Pasti akan ada yang melanjutkan. Tak kan merasa ada kerugian, karena janji Allah adalah sebuah kepastian….dan kemenangan itu pasti datang…

Dan kapan kemenangan itu datang ?

Ingat kawan, bukan jawaban waktu kemenangan yang kita tunggu, kita angankan. Namun, sudah seberapa banyak dan jauh kita berusaha beramal. Karena sesungguhnya kita tidak disuruh melihat hasil dan buahnya. Bisa jadi, hasil itu bertebaran ketika nafas kita telah terlepas dari raga.

Kawan….

Walau panjang, tapi jalan ini telah meninggalkan deretan jejak – jejak kehidupan. Maka, apakah jejak – jejak kita termasuk salah satu di sana ???! Atau malah, menjadi jejak – jejak yang tertinggal, terhapus, dikarenakan kendurnya niat dan semangat kita ???!

Atau bahkan karena tidak cukupnya bekal kita???!

Sungguh, alangkah menyesal dan merugi kelak kita…

Rasulullah SAW pernah menjelaskan kepada sahabat yang intinya bahwa manusia berjalan diantara harapan yang bisa mengular panjang, tetapi manusia juga diintai ajal yang siap menerkam. Maka kawan, solusi dari itu adalah Tabungan Bekal. Bekal amal yang tiada pernah putus di kala lapang maupun sempit. Karena kawan, dalam amal itu ada ujian. Adapun ujian, ia datang untuk membentur titik terlemah kita. Itulah saat – saat iman diuji. Maka jangan tanyakan apa dan mengapa ujian itu harus menimpa kita. Tapi tanyakan pada diri, dengan apa kita akan menahan benturan itu. Ingat kawan, bukti dari iman adalah amal, dalam amal itu ada pengorbanan. Entah waktu, tenaga, pikiran, harta bahkan jiwa. Dan yang berbicara di sana adalah keikhlasan. Itulah hakekat dari perjuangan. Mungkin lama dan melelahkan. Bila di antara kita tak sudi mengikutinya, akan ada banyak orang lain yang setia menempuhnya.

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya), supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 23-24).

Maka hadapi benturan – benturan itu dengan mujahadah. Biar kita termasuk dalam daftar panjang deretan jejak – jejak kehidupan itu. Biar kita termasuk orang – orang yang menjemput maut dengan senyuman.

Bukan malah menjadi orang kalah dan merugi, karena telah melewatkan waktu – waktu yang sedikit ini.

Abu Bakar As-shiddiq telah mengingatkan : ”Setiap kalian akan memasuki pagi dan petang dalam takaran usia yang tersembunyi dari pengetahuan kalian. Bila engkau bisa untuk tidak melewatkan setiap jenak usia itu dengan amal kebajikan, maka lakukanlah. Tetapi kalian tidak akan bisa melakukannya tanpa pertolongan Allah. Maka,

bergegaslah, menyusuri rentang – rentang kesempatan yang diberikan jatah usia itu, sebelum ia datang memupus segala pekerjaan. ”

Kawan…

Hari esok masih mimpi, tapi hari ini adalah pasti. Ada banyak kesempatan untuk direngkuh, untuk dikumpul jadi bekal pertanggungjawaban kelak. Bahwa kita ada di deretan jejak – jejak kehidupan itu, yang mengantri untuk mendapat kunci pintu abadi…

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. ” (QS. Al Fajr : 27-30)

Leave a comment