Puncak Kebermaknaan Hidup

Yogyakarta, 1 April 2010

KRPH, by Ustadz Syatori Abdurrouf

Puncak Kebermaknaan Hidup

[QS. An Nazi’at : 40-41]

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).”

Puncak kebermaknaan hidup akan dirasakan oleh siapa saja yang sudah merasakan suasana surga sebelum ia memasukinya.

[QS. Fushilat :30]

“….dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”

Hidup berarti menyebrang menuju surga. Ketika menyebrang, yang diperlukan adalah JEMBATAN. Dan jembatan itu adalah KEMAUAN.

Apapun adalah jembatan menuju surga. Ada orang yang kemauan menuju surge kuat dan ada yang lemah.

  • Kuat lemahnya kemauan akan menentukan cepat lambatnya perjalanan kita menyebrang menuju surga.
  • Kuat lemahnya kemauan menuju surge akan menentukan “suasana perjalanan” menuju surga.

Perjalanan orang-orang menuju surga::

  1. Ada orang yang perjalanan menuju surge dipenuhi taburan bunga-bunga indah menyenangkan.
  2. Ada orang yang perjalanan menuju surga serasa dipenuhi hal-hal yang tidak menyenangkan. Ia harus melewatinya dengan rasa berat, malas, dan enggan…
  3. Ada pula orang yang menemukan jalan hidup menuju ke surganya telah putus.

Sesungguhnya jalan menuju surga ada dalam diri kita

Belajar masuk ek dalam diri. Ada 5 tahap:

  1. 1. Memilih

[QS. Al Kahfi : 29]

“Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.” Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.”

Memilih berarti memilih kebenaran yang terbaik. Kebenaran itu bertingkat kalau dikaitkan dengan kebaikan. Dan kebenaran yang terbaik adalah amal baik yang paling disukai oleh Allah.

Misalnya: ada teman yang melakukan kesalahan pada kita. Tidak marah = baik, memaafkan = lebih baik, membalasnya dengan kebaikan= terbaik.

  1. 2. Menerima

[QS. Al An’am : 125]

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”

Menerima berarti melapangkan hati untuk ikhlas menerima kebenaran yang terbaik.

  1. 3. Memutuskan

[QS. AL An’am : 162]

“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

Memutuskan berarti menjadikan keseluruhan hidup kita adalah kebenaran yang terbaik.

  1. 4. Menetapkan

Caranya adalah dengan berdo’a, doa yang ma’tsur yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

[QS. Al Anfal : 63]

“dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.”

Menetapkan berarti bersungguh-sungguh meminta pada Allah agar hati kita ditetapkan sellau berada dalam kebenaran yang terbaik.

Memutuskan + do’a = ketetapan. Dengen ketetapan inilah yang akan mengantarkan pada keistiqamahan.

  1. 5. Menikmati

[QS. Fushilat : 30]

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”
Menikmati berarti menjadikan konsistensi terhadap kebenaran terbaik adalah sumebr kenikmatan dan kebahagiaan hidup.
“….dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”

Leave a comment