Shabar

  • Taujih

Shabar

Oleh : Syatori Abdul Rauf

Alkisah, suatu hari khalifah Harun Al Rasyid mengajak perdana menteri beliau, Al Asma’i melakukan perburuan. Berangkatlah kedua beliau bersama beberapa perajurit istana. Namun malang, Al Asma’i tersesat sendirian di tengah belantara padang pasir. Haus pun mencekik beliau. Nun jauh di sana beliau melihat sekeping tenda sederhana. Beliaupun mendekat, dan menemukan seorang wanita cantik nan rupawan berada di dalamnya.

“Maaf, saya kehausan. Adakah air ‘tuk penyejuk tenggorakan yang kering ini ?”

“Mohon maaf, saya tidak diizinkan oleh suami saya untuk memberikan air kepada siapapun.”

Sadarlah Al Asma’i kalau wanita muda itu sudah bersuami.

“Tapi kalau Tuan mau silakan ambil sisa minum saya pagi tadi.”

Tak berapa lama, datanglah suami sang wanita tadi. Al Asma’i terheran-heran dengan keadaan sang laki-laki, suami wanita muda tadi. Dia adalah seorang laki-laki yang sudah tua renta, berwajah buruk, berkulit hitam, dan, tentu saja, miskin.

Dengan paras ceria,  wanita tadi menyambut suaminya. Dengan penuh kasih ia turunkan suaminya dari keledai. Dengan sepenuh hati ia papah sang suami dan mendudukkannya ke atas bangku di depan tenda. Sekejap kemudian di tangannya    sudah ada seember air. Dia basuh kaki suaminya dengan penuh kelembutan. Sementara sang suami terlihat begitu tidak peduli, sesekali ia bahkan menghardik. Tapi sang istri begitu sabar menyikapi hardikan suaminya.

Begitu sang suami pergi ke belakang, Al Asma’i pun mengungkapkan keheranannya, sekaligus penyesalanannya, kepada sang wanita, istri laki-laki renta tadi.

“Saya menyesalkan keadaanmu. Kamu, dengan segala kemudaan dan kejelitaanmu, sangat bergantung kepada orang seperti dia. Untuk apa kamu bergantung pada dia ? Apakah karena hartanya ? Sedangkan dia orang miskin. Karena akhlaqnya ? Sedangkan akhlaqnya begitu buruk. Atau kamu tertarik dia kepada dia karena ketampanannya ? Padahal dia seorang renta yang buruk rupa. Mengapa kamu tertarik padanya ?”

Sontak wajah wanita itu pun berubah meronakan ketidak-sukaan. Lalu ia berkata dengan suara keras lagi tegas. “Hai Asma’i, akulah yang justru menyesalkanmu. Bagaimana mungkin seorang perdana menteri Harun al Rasyid berusaha menyerabut dari hati ini rasa cinta kepada suamiku dengan cara menjelek-jelekkannya. Wahai Asma’i, tidakkah kau tahu mengapa aku melakukan semua ini ? Aku mendengar Nabi yang mulia bersabda : “Iman itu setengahnya adalah kesabaran dan setengahnya lagi adalah syukur.” Aku bersyukur kepada Alloh karena ia telah menganugerahkan kepadaku kemudaan, kecantikan dan akhlak yang baik. Aku ingin menyempurnakan setengah imanku dengan kesabaran dalam cinta dan khidmahku kepada suamiku.”

Subhanallah, betapa orang-orang terdahulu mendapatkan kesabaran dengan mencarinya. Mereka seperti sengaja ‘menciptakan’ keadaan (yang tidak menyenangkan), agar mereka memiliki kesempatan untuk bisa bersabar. Bagaimana dengan kita ?

Kesabaran adalah kuda yang tak pernah letih, pedang yang tak pernah tumpul, pasukan perang yang tak terkalahkan dan benteng yang tak tertaklukkan.

Kesabaran dan kebahagiaan adalah dua saudara kandung yang tak akan mungkin bisa dipisahkan oleh apapun dan siapapun.

Kesabaran akan melahirkan ma’iyatullah (kebersamaan Alloh) yang khas, dalam bentuk dukungan, pertolongan dan perlindungan-Nya

“Dan bersabarlah kalian ! Sungguh Alloh bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al Anfal : 46)

“Wahai orang-orang beriman,  bersabarlah kalian, dan teguhlah dalam kesabaran. Berjagalah di wilayah perbatasan, dan bertaqwalah kepada Alloh, agar kalian mendapatkan kemenangan/kebahagiaan.” (QS. Ali Imran : 200)

Kesabaran akan melahirkan mahabbah (cinta kepada) Alloh (mahabbatullah). Sementara tidak ada kebahagiaan melebihi bisa mencintai-Nya dan mendapat mahabbah (cinta) dari-Nya.

“Dan Alloh mencintai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran : 146)

Orang-orang sabar akan mendapatkan tiga kebahagiaan  yang lebih baik bila dibanding dengan apa saja yang diperebutkan oleh para pecinta dunia, yaitu : kesejahteraan, rahmat dan petunjuk dari Alloh.

“Berikan khabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang jika ditimpa musibah berkata : “Sesungguhnya kita ini milik Alloh, dan kepada-Nya kita dikembalikan.”  Merekalah orang-orang yang mendapat salam kesejahteraan dan rahmat dari Rabb mereka. Dan merekalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (QS. Al Baqarah : 157).

Dan akhirnya, di akhirat nanti orang yang sabar akan memperoleh balasan kemenangan, terbebas dari api neraka.

“Sesungguhnya Aku membalas mereka pada hari ini, oleh sebab kesabaran mereka. Sungguh mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. Al Mukminun :111)

Makna Kesabaran

Ada yang mengatakan sabar adalah berusaha mencegah diri dari perbuatan tercela, menutup segala jalan menuju ma’shiyat, meneguhkan hati dalam kebaikan dan menahan nafsu dari menyesal, kecewa dan mengeluh saat ditimpa musibah.

Al Junaid pernah ditanya tentang kesabaran. Beliau menjawab : “…yaitu menelan kepahitan tanpa mengerutkan muka.”

Dzun Nun Al Mishry berkata : “Sabar adalah menjauhi hal-hal yang menyalahi agama, bersikap tenang saat menghadapi masalah hidup yang berat, menampakkan kecukupan di kala fakir.”

Seorang shalih pernah melihat seseorang yang mengeluh kepada saudaranya. Beliaupun menyampaikan nasihat kepadanya : “Demi Allah wahai saudaraku, tidak ada untungnya bagimu mengeluhkan Yang Mengasihimu kepada yang tidak mengasihimu.”

Ibnu ‘Athaillah juga pernah berkata : “Jika kau susah, terus mengadu kepada sesama berarti kau telah mengadukan Allah kepada mereka. Tiadalah Allah menimpakan susah kecuali Dia ingin agar  kau mengadukan semuanya hanya kepada-Nya.”

Di bagian lain beliau berkata : “Hadirnya saat-saat genting adalah Hari Raya Ke Tiga, karena dalam kegentingan kita lebih bisa menemukan lebih banyak kebaikan ketimbang saat lapang. Kegentingan adalah jalan menuju karunia yang tersembunyi.”

Diri kita adalah kereta kencana dalam perjalanan menuju surga atau neraka. Sabar adalah tali kekang dari kereta itu. Jika kereta itu tidak dilengkapi tali kekang, tentulah ia akan berjalan tanpa kendali, meluncur kemana saja, terjerumus masuk ke dalam neraka.

Ahli Hikmah : “Nafsu itu memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan untuk maju dan kekuatan untuk bertahan. Hakekat sabar adalah mengarahkan kekuatan untuk maju kepada hal-hal yang bermanfaat dan mengarahkan kekuatan bertahan kepada menghindari hal-hal yang mendatangkan mudlarat.”

Akhirnya seorang Ahli Hikmah yang lain berkata : “Saat kita mendapat kesusahan, tulislah semua itu di pasir. Biarkan angin keikhlasan membawanya jauh dari ingatan. Biarkan catatan itu hilang bersama menyebarnya pasir ketulusan. Biarkan semuanya lenyap dan pupus. Namun, ingatlah saat kita mendapat kebahagiaan. Pahatlah kemuliaan itu di batu agar tetap terkenang dan membuat kita bahagia. Torehlah kenangan kesenangan itu di kerasnya batu agar tak ada yang dapat menghapusnya. Biarkan tulisan kebahagiaan itu tetap ada. Biarkan semuanya tersimpan.

Ya Allah, ampuni jikalau selama ini kami kurang sabar dalam menghadapi “karunia” yang tidak disukai oleh nafsu kami. Berikan kekuatan kepada kami untuk bisa sabar dalam menghadapi terjalnya kehidupan yang harus kami daki dan curamnya jurang kelapangan yang harus kami turuni. Jadikan sabar menjadi salah satu sumber kenikmatan dan kemuliaan hidup kami saat ini.

  • Kisah Berhikmah

Mengenang Syaikh Ahmad Yasin

Pernahkah Anda rasakan

Bagaimana tersenyum di tengah derita.

Kusaksikan sendiri biadab di atas biadab

Ditimpakan atas diri saudara tercinta di Negri para Nabi

Kala desing peluru menembus tubuh-tubuh pilu

Sembari menyemburkan sumbar keangkuhan.

Manusiawikah menyerang ketidakberdayaan dengan keganasan binatang ?

oOo

Ahad, 23  Muharam 1425 H

Saat bumi masih berbalut keremangan pagi

Sebuah saksi abadi terhampar menyelimuti bumi

Bahwa selamanya kedhaliman adalah kedhaliman

Yang tidak pernah rela kebenaran hidup

Tak juga rela pengusung panji kebenaran berteriak lantang

Menantang setiap pengecut bernyali kecut

oOo

Selamat jalan guruku, orang tuaku

Yakinlah, darah yang menetes dari tubuhmu

Tak ‘kan pernah kering mengobarkan semangat kami

Meneruskan amanah perjuanganmu

Membebaskan seluruh bumi ini

Dari cengkeraman kedhaliman

Dan orang-orang dhalim

Hingga tak ada satu sudut bumi pun

Kecuali disana terdengar kumandang adzan

Allaaahu Akbar….

  • SMS Berjawab

Ustadz, apakah sudah benar bila saya selalu membaca wirid ayat-ayat dari Al Qur’an dan salah satu Al Asma-ul Husna untuk pengabul hajat, disamping saya berdoa dan shalat hajat juga.  0815787167xx

Insya Alloh sudah, hanya saja yang perlu  dipahami adalah bahwa sesungguhnya dzikir dan do’a itu memiliki makna kesadaran untuk merobah diri. Artinya ketika kita berdzikir dan berdo’a kemudian diikuti oleh perobahan sikap dan prilaku sesuai dengan apa yang kita dzikirkan dan doakan, maka insya Allah Dia akan memberikan untuk kita apa yang menjadi kebutuhan kita.

Apa maksud tidak mampu dalam hadits “apabila engkau tidak mampu menikah maka puasalah” (HR. Jama’ah)   0813287641xx

Mampu disini bermakna selalu siap memberikan nafkah lahir dan batin kepada keluarga (istri). Nafkah lahir bisa berujud sandang, pangan juga papan. Sedang  nafkah batin bentuknya adalah rasa tenang dan bahagia yang setiap saat diberikan kepada sang istri.

Ustadz, gimana cara mengobati penyakit hati yang kita tidak tahu penyebabnya ? 081754979xx

Diobati saja dengan obat umum yang bermanfaat untuk menyembuhkan semua jenis penyakit hati. Obat umum tersebut adalah membaca Al Qur’an disertai dengan tadabbur, menekuni dzikrullah dengan hati yang hadir, memperbanyak mengingat mati, duduk bersama orang-orang shalih dan mempelajari buku-buku yang bermanfaat untuk membersihkan hati.

Sepenggal Doa Jelang Pemilu

(Semoga ada waktu ‘tuk membacanya dengan sepenuh hati)

Ya Allah, Engkaulah yang memiliki kekuasaan

Engkau berikan kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki

Dan Engkau cabut kekuasaan itu dari siapa yang Engkau kehendaki

Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki

Dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki

Di Genggaman-Mu-lah terpegang segala kebaikan

Sungguh Engkau Kuasa atas segala apa saja.

(QS Ali Imran : 26)

Ya Allah, dengan Kekuasaan dan Keagungan-Mu

Cabutlah kekuasaan dari orang-orang yang tidak Kau sukai

Akhirilah kekuasaan mereka seperti yang  Kau kehendaki

Dan janganlah Kau beri kesempatan kepada mereka

Menebar  kerusakan, kedhaliman dan kemunkaran

Di bumi-Mu ini

Ya Allah,

Berilah kesempatan kepada kami

Menata kembali taman Indonesia

yang carut marut dirusak orang-orang yang tidak takut kepada-Mu

Aamiin.

Leave a comment