Optimalisasi Tafakkur Usaha Membersihkan Hati

Optimalisasi Tafakkur Usaha Membersihkan Hati

Oleh : Ustadz Drs. Syathori Abdurrouf

“……Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau maka peliharalah kami dari siksa api neraka” (QS. Ali ‘Imran (3) : 191)

Sahabat sekalian, tafakkur (merenungkan kebesaran Alloh dari ciptaan-Nya) merupakan salah satu upaya untuk membersihkan hati. Namun sebelum masuk pokok permasalahan tafakkur alangkah baiknya kita bicarakan dahulu tentang kebersihan hati. Walaupun permasalahan ini sering kita bicarakan, namun tidak ada salahnya apabila kita bicarakan kembali. Semoga semakin memahamkan kita tentang seluk beluk hati.

Sahabat sekalian, kapan seseorang dikatakan mempunyai hati yang bersih? Untuk mengetahui hati itu bersih atau sebaliknya (kotor) paling tidak ada beberapa tanda yang perlu kita ketahui. Di antara tanda hati yang bersih adalah :

  1. Hati yang selalu merasakan keagungan Alloh

Orang yang hatinya bersih akan selalu merasakan keagungan Alloh dalam setiap liku kehidupannya. Ia akan menganggap selain Alloh itu kecil, hina. Sekedar melihat bunga di tamanpun yang terlihat hanyalah ke-Besaran Alloh, keagungan Alloh. Sehingga yang terucap dari bibirnya adalah kata-kata yang memuji keagungan Alloh. Ia akan merasa ta’zhim di hadapan Alloh, merasa kecil, merasa hina di hadapan Alloh. Ia sadar betul bahwa hanya Allohlah yang Maha Agung, yang berhak untuk disembah, yang berhak untuk dipuji, yang berhak untuk dimintai bantuan dan pertolongan. Ia selalu rindu untuk berdekatan dengan Alloh, selalu rindu untuk berjumpa Alloh sehingga manakala ada panggilan dari-Nya semisal sholat berjamaah di masjid maka ia akan segera bergegas untuk menyambutnya. Ia tinggalkan semua urusan dunia : berdagang, bertani, belajar, nonton TV dan lain-lainnya. Ia dengan khusu’ berkholwat (berduaan) dengan Alloh dalam sholatnya. Sehingga sholatnya benar-benar bermutu tinggi. Dikisahkan oleh imam al Ghozali ada seorang ulama’ yang sedang sholat dengan khusu’nya sampai-sampai ia tidak sadar kalau tembok tempat ia sholat sedang roboh dan mengenai salah satu tangannya. Orang-orang yang di situ menyimpulkan bahwa tangan ulama’ ini harus dipotong karena lukanya yang sangat serius. Setelah selesai sholat, ia  baru sadar kalau ia telah kehilangan salah satu tangannya. Subhanalloh!

  1. Berharap hanya kepada Alloh

Sahabat sekalian, setiap kita pasti akan dihadapkan pada berbagai masalah sebagai ujian dari Alloh untuk melihat kualitas keimanan kita. Dan setiap orang berbeda-beda dalam mensikapi masalah. Ada yang menyerahkannya kepada Alloh dan ada yang lari ke selain Alloh. Semisal ditimpa sakit lalu mengandalkan pertolongan dokter apalagi pertolongan dukun yang termasuk perbuatan syirik dan dosa besar maka dia telah mengecilkan Alloh, dia telah melupakan Alloh. Padahal Allohlah yang mendatangkan sakit dan Dia pulalah yang mendatangkan obatnya. Orang yang hatinya bersih setiap ditimpa musibah maka dhohirnya berusaha dengan sungguh-sungguh dan bathinnya selalu berharap pada pertolongan Alloh.

  1. Takut hanya kepada Alloh

Sahabat sekalian, orang yang hatinya bersih tidak pernah takut dan gentar kepada siapapun selain Alloh. Ia tidak pernah takut kehilangan dunia yang ia miliki. Ia tidak takut kehilangan pangkat, kedudukan, kekuasaan, gelar, harta yang ia miliki. Toh semua itu hanyalah titipan dari Alloh. Yang ia takutkan bila ia semakin jauh dari Alloh. Ia lebih takut kehilangan sholat tahajud, sholat berjamaah, puasa sunat daripada kehilangan keduniaan yang ia miliki. Ia akan menganggap selain Alloh itu kecil yang tidak mempunyai daya dan kekuatan secuilpun kecuali atas karunia dari Alloh, maka yang ia takuti hanyalah Alloh.

  1. Memiliki rasa cinta kepada Alloh

Seseorang yang memiliki rasa cinta kepada Alloh, maka segala aktifitasnya semata-mata dalam rangka ‘ubudiyah (penghambaan) dia pada Alloh. Dia singkirkan keinginan-keinginan lain yang akan menjauhkan dia dari Alloh. Dia akan selalu rindu untuk berdekatan dengan Alloh. Dan setiap berdekatan dengan Alloh yang ia rasakan adalah kedamaian, kesejukan, kebahagiaan sehingga ingin berlama-lama saat berdekatan dengan Alloh, dan menghasilkan kesan yang sangat mendalam. Bukankah di saat kita sedang berdekatan dengan orang yang kita cintai kita ingin berlama-lama dan menghasilkan kesan yang mendalam. Apalagi berdekatan dengan Dzat yang paling kita cintai. Orang yang hatinya bersih akan meletakkan rasa cinta dia kepada Alloh di atas segalanya. Rasa cinta dia pada istri, pada anak, pada harta, pada kedudukan tidak mengalahkan rasa cinta dia pada Alloh.

  1. Memiliki rasa malu pada Alloh

Seseorang yang hatinya bersih akan merasa malu pada Alloh. Malu untuk berbuat dosa, malu untuk berbuat maksiat. Karena ia sadar hidupnya selalu dicukupi Alloh dengan nikmat yang begitu banyak yang tidak akan sanggup dia menghitungnya. Kita seharusnya malu bila sering nonton bola, toh di akherat nanti malaikat tidak menanyakan berapa skor Brasil vs Turki pada piala dunia 2002.

Sahabat sekalian, kita tidak ingin semua yang kita harapkan hanya sebatas hanyalan, hanya sebatas impian, namun harus terealisasi dalam kenyataan. Dan hal itu dapat kita gapai salah satunya dengan tafakkur. Ali Bin Abi Tholib Radhiyallohu ‘anhu semoga Alloh merahmatinya berkata : “Tidak ada ibadah tanpa tafakkur”. Dan ulama’ berkata : “Tafakkur itu cahaya hati. Bila kita tidak sering melakukan tafakkur cahaya itu lama-lama akan hilang sehingga hati akan menjadi gelap. Ketika cahaya memasuki hati teranglah hati. Bila cahaya tidak hadir maka hati akan menjadi sempit”.

Lalu bagaimana agar tafakkur yang kita lakukan menghasilkan dialog antara hati dan akal?. Semisal melihat daun, akan kita jumpai banyak jawaban. Daun itu hijau dan lebat karena banyak dipupuk dan diairi dan jawaban-jawaban lainnya. Dan jawaban terakhir akan tertuju pada Alloh. Maka akan terucaplah di bibir kata : “Rabbanaa maa kholaqta haadzaa baathiilaa (ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia)” . Demikianlah orang yang hatinya bersih akan selalu meng-Agungkan Alloh dalam setiap episode kehidupan.

Sahabat sekalian, ada ungkapan : “Adanya alam menunjukkan adanya Alloh, adanya Alloh menunjukkan adanya alam”. Yang kedua lebih mempunyai makna yang mendalam. Kita tidak tergantung pada alam untuk meng-Agungkan Alloh. Alloh tetap Agung walaupun tanpa adanya alam. Orang yang cuma meyakini adanya alam menunjukkan adanya Alloh, maka suatu saat jika alam hancur ia tidak lagi meng-Agungkan Alloh. “Alloh cahaya langit dan bumi”. (TQS. An Nuur : 35) berarti ada cahaya Alloh di bumi ini. Dan cahaya Alloh hanya dapat dilihat dengan mata hati. Dan tafakkur dapat menghadirkan cahaya Alloh kedalam hati. Wallohua’lamu bish showab wastaghfirullohal ‘azhiim.  

Leave a comment