Menata Perasaan (Bagian kedua)

Menata Perasaan

(Bagian kedua)

Oleh Ustadz Drs. H. Syathori Abdurrouf

Katakanlah : “Sesungguhnya aku takut akan adzab hari yang agung (hari kiamat), jika aku mendurhakai Rabb-ku.” (Surat Al An’am : 15)

Pada edisi yang lalu kita sudah sampai pada pembahasan delapan langkah untuk menata perasaan yang dikaruniakan Alloh kepada kita. Marilah kita lanjutkan pembahasan tersebut, semoga kita benar-benar memiliki perasaan yang diridhoi dan dicintai Alloh sehingga kita bisa menikmati indahnya hidup dalam naungan kasih sayang Alloh Azza wa jalla.

Langkah-4

Tenang ! Itulah yang harus kita usahakan melekat dalam diri kita dalam segala situasi kejiwaan dan peristiwa kehidupan, selalu diam (tidak berbicara kecuali sangat penting), mampu menahan marah dan tidak mengharap atau terpengaruh oleh komentar dan perhatian orang lain. Sebab orientasi kita adalah kebenaran, bukan pengakuan.

Langkah-5

Kuatkan daya tahan kita terhadap berbagai bentuk tekanan hidup dan perubahan lingkungan social, ekonomi, politik, juga kehidupan secara umum. Untuk itu kita harus belajar menunda kebutuhan sesaat kita, khususnya yang bersifat biologis. Lakukanlah puasa dan jangan pernah berhenti bertawakal kepada Alloh juga berpasrah diri (tafwidh) kepada-Nya.

Langkah-6

Belajar mencintai orang lain dengan cara yang kuat, lurus dan jujur. Karena perasaan cinta adalah perasaan asasi dan inti yang dimiliki manusia. Dia adalah lokomotif yang menarik seluruh gerbong perasaan manusia. Kemana manusia akan membawa perasaannya, sangat tergantung kemana ia membawa perasaan cintanya. Cinta yang kuat, lurus dan benar  adalah modal untuk menguatkan, meluruskan dan “membenarkan” seluruh perasaan manusia Untuk semua ini kita harus belajar memperhatikan, memberi dan berkehendak baik kepada siapapun, semata-mata karena Alloh.

Langkah-7

Berusaha mempertahankan kegembiraan dan kelapangan jiwa  kita setiap saat, juga keceriaan wajah kita. Kita gunakan bahasa yang terbaik dalam komunikasi kita dengan siapapun sembari berusaha memahami orang lain lebih banyak lagi.

Dari Abu Dzar Rodhiyallohu ‘anhu Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Janganlah kau meremehkan kebaikan, walaupun itu dalam bentuk kau bertemu saudaramu dengan wajah yang cerah ceria.” (HR. Muslim)

Langkah -8

Menghindari diri dari kekosongan dan kehampaan. Jangan sampai akal kita kosong dari aktifitas ilmiyah, jiwa kita kosong dari aktivitas ubudiyah (penghambaan) dan fisik kita kosong dari perilaku baik (tidak sia-sia). Membiarkan diri dalam keadaan hampa sama dengan membuka pintu bagi syetan untuk masuk secara bebas.

Akhirnya,  ketika perasaan kita selalu terarah (jujur dan lurus) juga kuat, maka perasaan tersebut akan mengantarkan kita berlabuh di labuhan ketenangan yang tiada terkira. Kita tenang tidak hanya ketika kita bahagia, gembira, cinta, rindu atau sejenisnya, tapi kita juga akan merasa tenang ketika kita sedih, susah, gelisah, takut dan sejenisnya.

Sebaliknya ketika perasaan kita lemah lagi tidak terarah, maka perasaan apapun hanya akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Dengan sengaja kita tikamkan bumerang perasaan tersebut ke ulu hati kita. Akibatnya hati akan terluka dan meneteskan merah darah keperihan dan kepedihan.

Karenanya sungguh aneh kalau ada manusia seperti ini; manusia yang menyengaja membiarkan perasaan yang tidak terarah tersebut mendekam di lubuk hatinya dalam kurun masa yang lama.

Berikut ini kita sampaikan 8 contoh perilaku aneh manusia yang sangat terkait dengan perasaan dirinya.

1. Membenci sesama dalam waktu lama

Sahabat sekalian, alangkah menderitanya seseorang yang membenci orang lain. Dia akan selalu merasa mangkel, jengkel, susah, gelisah dan berbagai perasaan lain jika bertemu dengan orang yang ia benci tersebut. Sekedar tersenyumpun dia akan merasa sangat berat apalagi menyapa. Dan jika kebencian tersebut berlangsung lama tentulah akan berpengaruh pada perilakunya. Dia akan selalu memikirkan orang yang dia benci, sehingga kebaikan yang ada pada orang yang dibenci tersebut tidak tampak sedikitpun. Dan jika hal ini berlanjut terus, maka ketika ajal menjemputnya dapat menyebabkan ia mati dalam keadaan suul khotimah (mati dalam keadaan buruk). Oleh karena itu sangat aneh orang yang mengaku cinta Alloh dan rindu akan surga membenci orang lain dalam waktu yang lama tanpa dibenarkan oleh agama.

2. Tersinggung dengan kritik, nasehat dan ilmu

Sebenarnya kritikan, nasehat dan ilmu merupakan ujud kasih sayang dari seseorang kepada kita. Dan semua itu merupakan pemberian yang paling berharga yang dapat menyelamatkan kita dari jurang api neraka. Namun banyak orang yang tidak siap dalam menerima kritikan maupun saran. Apalagi yang menyampaikannya orang yang dibawahnya. Sikap ini tentu akan dapat menutup pintu hidayah dari Alloh.

3. Marah ketika dicaci atau dizhalimi

Ketika ada orang yang memarahi atau menzhalimi kita sebetulnya hal itu akan menggugurkan dosa kita, dan kita akan mendapat bonus pahala dari Alloh sekiranya kita dapat bersabar. Namun banyak diantara kita yang tidak sabar dalam menghadapinya, malah ikut-ikutan mencacinya bahkan tidak sedikit orang yang membalasnya melebihi apa yang ia terima.

4. Mengeluh saat ditimpa musibah

Disaat kita ditimpa musibah pada hakekatnya itu merupakan bentuk kasih Alloh kepada kita. Dengan musibah tersebut kita bisa teringat akan dosa kita. Sekiranya kita ikhlash dan sabar menghadapinya maka akan dapat menggugurkan dosa kita dan menaikkan derajat kita disisi Alloh.

5. Bahagia /bangga dengan karunia

Semua yang kita miliki pada hakekatnya adalah milik Alloh yang dititipkan kepada kita. Dan sudah semestinya kita salurkan kepada yang berhak. Namun banyak diantara kita yang tidak menyadarinya kalau itu titipan Alloh. Bahkan tidak sedikit diantara yang tidak mau mensyukurinya apalagi menyalurkan kepada yang berhak. Padahal apa yang dititipkan Alloh kepada kita akan dimintai pertanggung-jawabannya di akherat kelak.

6. Riya’ dengan amal

Alangkah ruginya orang yang beramal namun diiringi dengan riya’ didalam hatinya. Karena dengan riya’ tersebut akan dapat membatalkan pahala amal dan dapat menjerumuskan diri dalam adzab. Orang yang riya’ dengan amalnya berarti dia telah melepaskan sesuatu yang pasti dan berharga yang datangnya dari Alloh dan ingin mendapatkan sesuatu yang belum pasti yang datangnya dari manusia dan yang pasti tidak berharga. Apalah artinya kita mendapatkan suatu keinginan, sedang keinginan tersebut hanya akan semakin menjauhkan kita dari Alloh. Oleh karena itu sangat aneh orang yang lebih mementingkan pujian, sanjungan, kemewahan sedang semua itu hanya akan semakin melupakan dia dari Alloh Azza wa Jalla.

7. Menyenangi tabarruj jahiliyah

Betapa banyak kita saksikan orang meniru kebiasaan orang-orang jahiliyah yang pada akhirnya hanya akan mendatangkan kerugian bagi dirinya dan orang lain. Dan tidak jarang kita saksikan (maaf) seorang muslimah memakai baju yang sangat ketat, memakai jeans, bermake up yang berlebihan tentulah hal ini dapat menggaggu kesehatan baginya, mengundang perhatian orang-orang yang hina untuk menirunya dan menganggapnya sebagai sesuatu yang diperbolehkan. Dan yang paling dikhawatirkan jika hal itu sampai menimbulkan fitnah yang akan menjauhkan datangnya rahmat Alloh.

8. Mencintai dunia

Sahabat sekalian, dunia ini hanya sementara dan pasti akan kita tinggalkan. Namun kehidupan yang hanya sementara ini akan mewarnai kehidupan di akherat kelak, surganya Alloh ataukah nerakanya Alloh, naungan Alloh ataukah murkanya Alloh. Orang yang mencintai dunia tidak pada tempatnya hanya akan memenjarakan dirinya. Dia hanya akan diliputi perasaan gelisah, was-was, khawatir, takut sehingga tidak ada kenyamanan dalam hidup ini. Dia hanya akan menjadi budak dunia. Dan kecintaan kita pada dunia hanya akan mengeraskan hati kita sehingga cahaya Alloh akan sulit masuk dalam hati kita. Wallohu a’lam.

Ya Alloh, karuniakanlah kepada kami indahnya memiliki perasaan. Tuntun dan bimbinglah perasaan kami ya Alloh menuju ketenangan dan kebahagiaan abadi di surga-Mu. Jagalah diri kami dari perasaan-perasaan yang rendah lagi hina, yang membuat kami letih dan lelah untuk berjalan mendekatkan diri kepada-Mu.

Leave a comment