Membangun rumah kepribadian

Membangun rumah kepribadian

Oleh ustadz Drs. H. Syathori Abdurrouf

….Sesungguhnya yang takut kepada Alloh di antara hamba-hamb-Nya hanya ulama’ (orang-orang yang berilmu)” ….(QS. Al Fathir (35) : 28)

Sahabat sekalian, kalau kita saksikan banyak di antara mereka yang mengaku dirinya muslim namun kepribadiannya jauh dari sebagai seorang muslim. Banyak di antara mereka yang mengaku muslim ternyata masih suka korupsi, masih suka berbohong, masih suka berpacaran. Tapi kalau tak dikatakan muslim ternyata mereka juga sholat, puasa dan lain sebagainya. Lalu mengapa semua ini bisa terjadi? Jawabnya karena mereka tidak mempunyai kepribadian. Dalam arti kata lain mereka salah dalam membangun kepribadian, sehingga tidak jelas statusnya.

Dalam membangun kepribadian sama halnya ketika kita membangun rumah, yang perlu adanya perencanaan yang matang. Banyak diantara umat islam membangun rumah kepribadian tanpa perencanaan. Sehingga seperti orang yang membangun rumah tapi asal bangun. Sehingga setelah jadi orang jadi bingung, ini rumah atau toko, ini rumah atau gubuk. Hal yang sama terjadi pada orang yang membangun kepribadian, jika dia salah dalam membangun kepribadian akan terbentuk kepribadian yang tidak jelas. Dan yang bertanggung jawab membentuk kepribadian diri kita adalah orang tua kita. Lalu bagaimana kalau mereka sudah terlanjur salah dalam membangun kepribadian kita? Tidak lain adalah dengan merekontruksi ulang kepribadian kita. Sebagaimana orang yang terlanjur salah dalam membangun rumah maka perlu adanya rekontruksi ulang sehingga terbentuklah rumah baru yang baik. Bagaimana caranya merekontruksi ulang kepribadian kita? Yaitu dengan membangun kembali akal dan hati kita. Karena keduanyalah bahan pembangun kepribadian. Tapi dalam membangun kepribadian kita ada tembok lain yang akan mengganggu terbentuknya rumah kepribadian, dialah nafsu. Jika nafsu sudah menguasai tembok-tembok kepribadian maka bahan-bahan pembentuk kepribadian tersebut akan tersingkirkan. Semisal kamar ikhlas sudah ditempati tembok nafsu yang berupa riya’ atau sum’ah maka si ikhlash tidak akan jadi masuk. Jika kamar tawadhu’ sudah dihuni tembok kesombongan maka si tawadhu’ tidak jadi menghuninya. Oleh karena itu untuk membentuk rumah kepribadian yang baik perlu menghncurkan tembok-tembok nafsu tersebut terlebih dahulu. Lalu bagaimana caranya? Caranya adalah dengan menghancurkan tembok-tembok nafsu tersebut sehingga tidak mempunyai kekuatan. Diantara tembok-tembok/kekuatan nafsu tersebut adalah :

  1. Jahlu (kebodohan)

Seorang yang akan bersedekah tapi tertutupi tembok kebodohan maka keikhlasan akan tidak muncul. Dia bersedekah bukannya untuk mencari keridhoaan Alloh tapi untuk mendapat pujian manusia. Dia bersedekah agar suatu saat nanti mendapat sedekah pula dari yang ia sedekahi. Oleh karena itu tembok kebodohan ini perlu dihancurkan terlebih dahulu dengan ilmu sehingga terbentuk kepribadian yang baik. Secara umum ada dua ilmu yang harus kita miliki, yaitu :

  1. Ma’rifatulloh (mengenal Alloh)

Orang yang sudah mengenal Alloh dengan benar, yang terlihat adalah kebesaran Alloh dalam segala episode kehidupannya. Dalam setiap aktifitasnya yang ia cari adalah keridhoaan dan cinta Alloh. Dia buang jauh-jauh keinginan-keinginan yang lain yang hanya akan menjauhkan dirinya dengan Alloh. Dalam sedekah semisal, yang ia cari adalah balasan Alloh semata.

  1. Ma’rifah irodatulloh

Yaitu mengetahui apa yang Alloh inginkan pada kita. Pada saat makan, apa yang Alloh inginkan pada kita. Pada saat tidur, apa yang Alloh inginkan pada kita. Dan hendaknya semua aktifitas yang kita lakukan kita pikirkan apa yang Alloh inginkan pada kita sehingga kita hanya berharap atas balasan Alloh bukan makhluk. Apalah artinya kita popularitas di bumi sedang kita tidak popularitas di alam langit.

Jika kedua ilmu ini ada pada seeorang maka akan muncullah perasaan khosy-yah ( takut pada Alloh) yang menggentarkan, sebagaimana firman Alloh dalam surat al Fathir ayat 28 :..Sesungguhnya yang takut kepada Alloh di antara hamba-hamb-Nya hanyalah  ulama’ (orang-orang yang berilmu)”… Seseorang yang telah mencapai perasaan khosy-yah tidak akan pernah takut berhadapan dengan makhluk. Karena dia yakin Allohlah yang Maha Kuasa, yang tidak pernah akan terjadi suatu peristiwa tanpa seizin Alloh. Setiap ibadah dan amal sholehnya semata untuk semakin mendekatkan dirinya pada Alloh. Alloh lebih ia cintai dan lebih ia utamakan dari dari apapun yang ia cintai di dunia ini.

  1. Kezholiman

Zhulmu (kezholiman) adalah meletakkan sesuatu tidak sesuai pada tempatnya. Sebagaimana suatu bangunan tidak akan sempurna jika bahan penyusunnya tidak diletakkan  secara tepat, dia akan mudah roboh. Adukkan yang seharusnya satu sak semen tapi cuma setengah sak, maka tinggal menunggu robohnya saja. Demikian rumah kepribadian kita, akan mudah roboh, mudah terombang-ambing bila tidak meletakkan bahan penyusunnya sesuai pada tempatnya. Penghambaan, rasa takut, rasa harap yang seharusnya ditujukan hanya  kepada Alloh ia letakkan pada selain Alloh, maka tinggal menunggu hancurnya rumah kepribadian tersebut. Lalu bagaimana cara untuk menghancurkan kezholiman? Tidak lain adalah dengan berbuat adil yaitu beramal berdasarkan ilmu.

  1. Bakhil

Kalau kita perhatikan, seseorang yang mempunyai sifat bakhil akan jarang dikunjungi oleh orang lain, kitapun sering tidak betah saat bersama mereka. Demikian apabila perasaan bakhil ada pada hati kita maka perasaan ikhlash, khusu’, sabar, pemaaf akan sulit hadir. Banyak diantara kita tahu bahwa sabar, memaafkan itu sangat baik. Namun ketika menghadapi cacian, makian mengapa tidak bisa sabar dan memafkan? Karena ada tembok yang bernama bakhil pada hati kita.

Jika kebakhilan ini sudah ada pada diri kita maka harus kita hancurkan! Dengan apa? Yaitu dengan dermawan jika perlu sampai pada tingkat itsar, yaitu mendahulukan orang lain betapapun dirinya dalam keadaan sangat membutuhkan. Sahabat sekalian, para sahabat dulu itsarnya sampai pada tingkat nyawa. Dikisahkan ada seorang paman yang sedang mencari kemenakannya yang sedang perang dan didapatinya si kemenakan tadi sudah dalam keadaan sakaratul maut. Si paman bermaksud memberi minum padanya. Tapi si kemenakan memberi isyarat agar diberikan pada temannya yang di sebelahnya yang sedang sakaratul maut pula. Ketika si paman akan memberikan minum pada orang tersebut, diapun memberikan isyarat agar diberikan pada temannya yang satu lagi yang sedang sakaratu maut pula. Ketika si paman akan memberikan orang yang ketiga ternyata dia telah syahid. Ketika akan diberikan pada orang kedua ternyata dia juga telah syahid. Dan ketika akan diberikan kepada si kemenakkan dia pun juga telah syahid, subhanahulloh! Betapapun mereka sangat membutuhkan air sebagai penyejuk dalam menghadapi beratnya sakaratul maut, ternyata mereka masih sanggup memikirkan orang lain.

Kisah lain di jaman sekarang, diceritakan ada seorang pensiunan yang setiap kali sholat tidak pernah bisa khusu’. Ia terharu ketika melihat seorang pemuda yang bisa menangis saat sholat. Ingin rasanya dia seperti si pemuda tadi. Akhirnya ia tanya pada sorang ustadz, setelah diberi nasehat si ustadz ternyata tidak juga khusu’. Akhirnya dia tanya pada lain ustadz ternyata setelah mempraktekkan perkatakaan ustadz tadi tidak juga khusu’. Akhirnya dia putus asa. Di tengah keputus asaannya dia mempunyai kebiasaan mengunjungi rumah-rumah kumuh untuk memberikan sedekah. Pada suatu ketika dia beristirahat di mushola rumah-rumah kumuh tersebut dan didapatinya anak kecil sedang membaca al Qur’an dengan merdu. Walaupun tidak fasih ternyata bacaan si anak kecil tadi subhanahulloh, sanggup meneteskan air mata si bapak tadi. Akhirnya semenjak peristiwa itu setiap kali sholat ia sering menangis menikmati indahnya kekhusu’kan dalam sholatnya. Itulah salah satu hikmah atas kedermawannya selama ini. Alloh pasti akan membalas siapapun yang beramal dengan ikhlash. Allohu a’lam.

Ya Alloh ampunilah dosa-dosa kami selama ini. Ampunilah siapapun yang telah kami zholimi dan siapapun yang telah mezholimi kami. Baguskanlah akhlaq kami sebagai bukti indahnya agama-Mu. lapangkan hati kami, rizki kami dan ilmu kami sehingga semakin meneguhkan keimanan kami kepada-Mu, jadikanlah hari-hari esok yang akan kami jalani adalah hari-hari terbaik bagi kami sampai akhirnya Engkau memanggil kami. Jadikanlah perjumpaan dengan-Mu kelak adalah saat-saat yang paling indah bagi kami. Dan tempatkanlah kami di surga tertinggi-Mu karena rahmat-Mu. Amiin.

Leave a comment