Membangun Rumah Kepribadian 9

Seri Membangun Rumah Kepribadian (9)

MENATA KEINGINAN HATI

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu apabila tersentuh (terkena) oleh sekelompok syetan, maka mereka segera ingat kembali dan ketika itu mereka menjadi orang-orang yang dapat melihat (kebenaran).”

(QS. Al A’raf : 201).

Saudaraku, menata keinginan hati memegang peranan yang sangat penting dalam proses membangun rumah kepribadian.   Siapa yang bisa menata seluruh keinginannya dengan baik, berarti ia telah menata hatinya dengan baik. Dan hati yang selalu tertata keinginannya, pasti akan membuahkan amal-amal yang tertata lagi bersih, yakni amal yang akan semakin membuat hati ada dalam pancaran kepribadian yang menawan lagi mulia.

Hanya saja saudaraku, sebelum keinginan melakukan satu perbuatan atau tindakan ini muncul, akan terlebih dahulu diawali oleh “bisikan” (para ulama ahli hikmah menyebutnya sebagai al khathirah), di mana jarak antara bisikan dan keinginan ini sangatlah tipis sekali, hanya ditempuh dalam waktu sepersekian detik saja. Tipis dalam arti bisikan masuk kedalam diri itu begitu cepat berubah menjadi keinginan.

Karena itu upaya menata keinginan hati tidak bisa dilepaskan dari mewaspadai bisikan-bisikan yang masuk ke dalamnya, termasuk mewaspadai siapa pembisiknya.

Pembisik Hati

Secara umum kita mengenal dua tipe pembisik hati, yaitu : pembisik  baik dan pembisik busuk. Pembisik baik adalah Alloh dan malaikat-Nya, sementara pembisik busuk adalah nafsu dan syetan yang berdiri di belakangnya.

Rasulullah SAW bersabda : “Syetan dapat menggetarkan (membisiki) hati anak Adam (manusia), demikian pula  malaikat dapat menggerakkan (membisiki) hati. Adapun bisikan syetan ialah untuk melakukan kejahatan dan mendustakan kebenaran, sedangkan bisikan malaikat adalah melakukan kebaikan dan memperacayai kebenaran. Maka barang siapa yang menemukan (merasa mendapatkan) sesuatu dari bisikan  malaikat, hendaklah ia mengerti bahwa yang sedemikian itu merupakan karunia Alloh, maka hendaklah ia memuji-Nya. Dan barang siapa yang menemukannya  yang lain (yakni bisikan syetan), maka hendaklah memohon perlindungan kepada Alloh dari godaannya.” (HR. Turmudzi dari Ibnu Mas’ud Rodhiyallahu ‘anhu)

Terus bagimana caranya kita membedakan dua tipe pembisik di atas ? Kita bisa menggunakan satu di antara tiga timbangan (mizan) berikut :

  1. Mizan Syari’at, yakni dengan menimbang apakah bisikan yang terdengar di hati tersebut sesuai dengan syari’at. Kalau sesuai, maka itu berarti dari Alloh atau malaikat-Nya. Tapi kalau tidak sesuai, maka itu berarti dari nafsu atau syetan.
  2. Mizan Orang Shalih, yakni dengan menimbang seandainya bisikan itu berubah menjadi keinginan, dan keinginan tersebut berubah menjadi tindakan. Apakah tindakan itu pantas dilakukan oleh seseorang yang sudah kita kenal kealiman dan keshalihannya. Kalau pantas, maka ia berasal dari Alloh atau malaikat-Nya. Bila tidak, maka berarti  berasal dari nafsu atau syetan.
  3. Mizan Hawa Nafsu, yakni menimbang apakah bisikan tersebut disukai oleh hawa nafsu atau dibenci olehnya. Bilamana nafsu menyukainya, maka itu berarti bisikan busuk, dan bila nafsu membencinya, maka itu berarti bisikan yang baik.

Bisikan Alloh dan Malaikat.

Kedua pembisik di atas sesungguhnya adalah pembisik yang baik, namun ada perbedaan sifat bisikan antara keduanya. Bisikan baik yang langsung dari Alloh memiliki tiga sifat berikut :

  1. Konstan (tidak berubah-ubah), sehingga membuat kita mampu melakukan amal kebaikan secara istiqamah.
  2. 2. Diawali oleh ijtihad, yakni kesungguhan, dan riyadhah yang dilakukan secara terus menerus.
  3. 3. Menyentuh aspek-aspek ushul (bukan furu’), seperti iman, mahabbah, khauf, raja’ dan lain sebagainya, atau menyangkut masalah-masalah bathiniyah bukan dzahiriyah, seperti ikhlas, tawadhu’, qana’ah, tawakal dan lain sebagainya.

Bila ketiga sifat di atas tidak ada pada bisikan-bisikan baik kita maka berarti ia berasal malaikat. Meski pada akhirnya kita harus yakin bahwa sesungguhnya itu berasal dari Alloh juga.

Bisikan Nafsu dan Syetan.

Kedua pembisik di atas adalah pembisik yang busuk, namun antara keduanya juga ada perbedaan sifat bisikan. Bisikan yang berasal dari nafsu memiliki sifat-sifat berikut :

  1. Konstan (tidak berubah-ubah), sehingga mendorong seseorang untuk berketetapan dengan satu keadaan jelek, dalam artian dia ingin mengulang terus satu kejelekan yang sama, tanpa pernah ada rasa jenuh dan bosan, sebab nafsu sudah merasakan nikmatnya kejelekan tersebut.
  2. 2. Tidak bisa dilemahkan oleh dzikir kepada Alloh. Artinya betapa pun sang pelaku adalah seorang ahli dzikir atau bahkan ahli ibadah, bisikan jelek yang berasal dari nafsu ini sangat mungkin memasukinya.
  3. 3. Bisikan busuk nafsu hanya bisa dilemahkan dengan riyadhah yang dilakukan secara terus menerus.

Bila ketiga sifat di atas tidak ada pada bisikan-bisikan busuk seseorang, maka berarti ia berasal dari syetan la’natullah ‘alaih.

MENGATASI BISIKAN SYETAN.

Sesungguhnya syetan tidak memiliki kemampuan untuk menguasai hati seorang mukmin yang diselimuti oleh nur keyakinan dan kepasrahan kepada Alloh. Alloh Subahanahu wa Ta’ala berfirman :

“Apabila engkau membaca Al Qur’an, maka mohonkan perlindungan kepada Alloh dari syetan yang terkutuk. Sesungguhnya syetan itu tidak berkuasa apa-apa terhadap orang-orang yang beriman dan orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada Rabb-nya. Hanyasanya kekuasaan syetan itu dapat terlaksana terhadap orang-orang yang mengangkatnya sebagai pemimpin dan orang-orang yang mempersekutukan Tuhan dengannya.” (QS. An Nahl : 98-100).

Sesungguhnya hati nurani manusia yang benar-benar sudah berhubungan dekat dengan Alloh Ta’ala, apabila tersentuh sedikit saja oleh bisikan syetan, maka rasa “sakit”pun akan menjalar ke sekujur tubuh, bagai dia ditusuk-tusuk sembilu, membuatnya segera sadar dan terjaga dari kelalaiannya. Alloh Ta’ala berfirman :

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu apabila tersentuh (terkena) oleh sekelompok syetan, maka mereka segera ingat kembali dan ketika itu mereka menjadi orang-orang yang dapat melihat (kebenaran).” (QS. Al A’raf : 201).

Oleh karena itu tidak ada cara lain untuk mengatasi bisikan syetan, kecuali melakukan hal-hal berikut :

  1. Menguatkan ruh keyakinan terhadap Alloh, juga keyakinan bahwa syetan itu adalah musuh yang nyata. Syetan itu hanya akan menjerumuskan manusia ke jurang kenistaan, baik di dunia maupun di akhirat. Alloh Ta’ala berfirman : “ Sesungguhnya syetan itu musuhmu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh pula. Ia hanya akan mengajak umat manusia supaya sama-sama menjadi isi neraka sa’ir.” (QS. Fathir : 6).
  2. Pasrah menyerah kepada Alloh dengan melakukan amal-amal qurbiyah, yakni amal yang akan membuat diri dekat dengan-Nya. Sebab siapapun yang dekat dengan Alloh, maka tidak akan ada satu ekor syetan pun yang datang bertandang mengganggu dan menggodanya. Alloh Ta’ala berfirman : “Katakanlah ! : “Ya Rabb-ku, aku mohon perlindungan kepada-Mu dari bisikan syetan. Dan aku mohon perlindungan pada-Mu, supaya mereka jangan datang mendekatiku.” (QS. Al Mukminun : 97-98).
  3. Selalu mengingat-ingat tadzkirah (peringatan) dari Alloh, dengan cara selalu mencermati seluruh apapun yang kita perbuat; adakah sudah sejalan dengan Kehendak dan Keinginan-Nya. Alloh Ta’ala berfirman : “Dan barang siapa yang tidak mempedulikan peringatan Alloh Yang Rahman, maka akan Kami berikan kepadanya syetan yang selalu menemaninya, sementara dia sendiri merasa mendapat petunjuk.” (QS.  Az Zukhruf : 36)
  4. Selalu mengingat Asma’ dan Kebesaran Alloh Ta’ala, dengan terus menerus membasahi bibir kita dengan kalimah-kalimah thayibah, baik tasbih, tahmid, takbir, tahlil, tilawah Al Qur’an dan lain sebagainya. Juga berdo’a dan memohon kekuatan dari-Nya agar mampu mengalahkan kehendak-kehendak syetan, la’natullahi ‘alaih.

MENGATASI BISIKAN NAFSU

Saudaraku, mengatasi bisikan nafsu  sesungguhnya lebih berat ketimbang mengatasi bisikan syetan, apalagi bagi orang yang sudah merasakan lezatnya bisikan nafsu tersebut. Paling kurang ada empat faktor yang menjadi penyebabnya :

  1. Suara (bisikan) nafsu adalah suara (bisikan) diri sendiri, sehingga secara subyektif orang lebih sering membenarkan begitu saja setiap bisikan nafsu yang menyuara di kedalaman lubuk hatinya.
  2. Memusuhi nafsu berarti memusuhi diri sendiri, melawan kehendak nafsu berarti melawan diri sendiri, padahal mana ada orang yang mau memusuhi dan melawan diri sendiri.
  3. Secara sepintas, bisikan nafsu memiliki sifat dan karakter yang disenangi oleh manusia, karena muatan bisikan nafsu adalah kesenangan duniawi, yang nota benenya memang sangat disukai manusia.
  4. Ketika nafsu membisik, maka suara akal justru cenderung melemah, persisnya menjadi lemah oleh suara nafsu tersebut. sehingga orang yang sedang tergoda oleh bisikan nafsunya, cenderung menjadi menggelegak, melupakan pertimbangan-pertimbangan akal sehatnya.

Ya Alloh, berikan keteguhan bagi kami ya Rabb. Jangan biarkan kami tergilincir ya Alloh dalam kema’shiyatan, jangan biarkan kami jatuh dalam godaan ya Alloh, jangan biarkan kami terperosok dalam nafsu yang menjerumuskan ya Alloh, berikan kami kekuatan untuk menjaga diri ini ya Alloh. Kami ingin selamat ya Alloh. Ya Rabb, jangan biarkan nafsu syetan menggelincirkan kami dari jalan-Mu, jangan biarkan cinta kami kepada makhluk-Mu membuat kami menghianati-Mu, jangan biarkan dunia ini menipu, menyilaukan dan memperdaya kami

Leave a comment