Membangun Kecerdasan Hati (6)

>> Taujih

Seri Membangun Kecerdasan Hati (6)

GULA ITU MANIS

Seni Melapangkan Hati (2)

Oleh Syatori Abdul Rouf

“Maka ambillah pelajaran wahai orang-orang yang memiliki pikiran yang tajam !”

(QS. Al Hasyr : 2 )

Saudaraku, kalau kita mencicipi gula, rasanya pasti manis. Mengapa dan maunya siapa ? Tentu maunya yang menciptakan gula, Dialah Allah ‘Azza wa Jalla.

Kenyataan manisnya gula ini telah menggoreskan makna tersendiri bagi kita, hidup jadi terasa lengkap bahkan sempurna. Kita tidak bisa membayangkan seandainya dunia ini tanpa gula, sekaligus tanpa rasa manis, pastilah yang merebak dalam kehidupan umat manusia adalah kehambaran, lebih-lebih kalau rasa manis ini menghilang dari wajah orang-orang yang dekat dengan kita.

Bahkan kandungan dzat glukosa yang terkandung dalam gula diyakini menjadi sumber tenaga dan energi bagi manusia.

Biangnya Manis.

Meskipun rasa manis bisa kita peroleh dari banyak ciptaan Allah, seperti buah, madu, susu dan sejenisnya, tapi orang akan selalu menunjuk gula sebagai biangnya rasa manis.

Saudaraku, dari apakah gula ini dibuat ? Hampir semua yang ditanya pasti akan menjawab : “Tebu !”

Mujahadah Tebu.

Tebu adalah salah satu pohon ciptaan Allah yang terbilang unik. Ia adalah personifikasi kehidupan yang mestinya harus kita jalani, yaitu hidup tidak untuk diri sendiri, melainkan untuk yang lain.

Perjuangan hidup tebu yang penuh kesederhanaan, keprihatinan, tahan uji dan pengorbanan adalah sisi lain dari dirinya yang sarat makna dan hikmah bagi siapa saja yang mau  merenungkannya.

Kesederhanaan Tebu.

Dalam kesehariannya kita melihat tebu selalu berpenampilan sangat sederhana. Sedemikian sederhananya sehingga banyak yang tidak menyangka kalau ia bisa menghasilkan sesuatu yang sangat bernilai bagi kehidupan umat manusia khususnya, yaitu gula.

Pohon tebu tidak pernah memoles apalagi mematut dirinya dengan polesan yang menawan berlebihan, yang membuat semua yang melihatnya jadi tertarik terhadap penampilan fisiknya.

Tebu telah menjadi salah satu bukti benarnya ucapan Rasulullah SAW bahwa Allah tidak melihat rupa dan penampilan kita, melainkan hati kita.

Pohon tebupun tercatat sebagai pohon yang tidak memiliki persoalan dalam hidupnya. Ia “aman” (karena terlindungi oleh kesederhanaannya) dari segala macam hama dan gangguan.

Keprihatinan Tebu

Biasanya pohon yang dibutuhkan oleh umat manusia hanya tumbuh dilahan yang basah, minimal lembab, tidak kering. Lihatlah pohon padi, palawija, bahkan bebuahan yang baru berkecambah. Mereka semua akan mati ketika kita membiarkannya kekeringan dalam waktu beberapa saat saja.

Tapi lihatlah tebu, dia tidak pernah memilih-milih tempat untuk tumbuh. Ia pun tumbuh tidak dalam gelimang fasilitas melainkan dengan keterbatasan fasilitas. Ia siap tumbuh di lahan seperti apapun.

Mengapa Allah memperlakukan pohon penghasil gula yang sangat bermanfaat ini dengan keprihatinan yang begitu mendalam ?

Inilah pelajaran bagi kita : “ Jikalau kita menjadi manusia yang bermanfaat ( Rosulullah SAW menyebut sebagai sebaik-baik manusia ), maka kita harus tumbuh berkembang dengan dan dalam keprihatinan, tidak dengan gelimang fasilitas ataupun kemanjaan.”

Tahan Uji.

Pohon Tebu pun tercatat sebagai pohon yang teruji tahan uji menghadapi berbagai ujian dalam hidup ini. Lihatlah, betapapun kita menebasnya bahkan membakarnya sampai habis, tidak berapa lama pohon tebu akan menumbuhkan tunas-tunas baru. Seolah ia mengajarkan kepada kita untuk tidak putus harapan manakala dalam hidup ini kita menghadapi banyak rintangan, halangan bahkan tantangan.

Harapan baru akan selalu muncul, manakala kita merasa gagal meraih harapan, merengkuh cita-cita ataupun mendekap impian.

Pengorbanan tebu

Kalau kita ingin belajar banyak tentang pengorbanan sejati lagi hakiki, maka tebu adalah guru terbaik bagi kita. Lihatlah bagaimana ia rela ”diperas” sedemikian rupa. Lihat pulalah bagaimana ia dengan senang hati meneteskan satu demi satu sari pati hasil perjuangannya selama ini yang penuh kesederhanaan dan keprihatinan, untuk dinikmati yang lain. Dan lihat pulalah betapa tulusnya sang tebu saat dia dicampakkan begitu saja setelah habis-habisan diperas.

Tebu seolah berkata kepada kita : “Wahai manusia, jikalau kau ingin berkorban untuk orang lain, maka berkorbanlah dengan tulus, dan setelah itu tersenyumlah meski mereka mencampakkanmu dalam sampah kehidupan.”

Tahapan Hidup

Ada satu lagi pelajaran yang bisa kita peroleh dari pohon tebu ini, yaitu pelajaran tentang tahapan hidup. pelajaran ini dapat kita peroleh dari kenyataan pohon tebu yang tumbuh secara berruas-ruas di mana setiap ruas baru akan selalu mematangkan ruas sebelumnya, terbukti ruas yang bawah akan selalu lebih manis daripada ruas yang di atasnya.

Saudaraku begitulah hidup yang sesungguhnya haruslah dengan tahapan-tahapan yang terencana nyata dan pasti, di mana setiap tahapan berikut selalu dilakukan dalam upaya mematangkan tahapan sebelumnya.

Dan ukuran tahapan ini pun tidak hanya tahun, bulan atau hari melainkan jam (bahkan bisa lebih kurang lagi). Artinya 1 jam yang sedang kita jalani saat ini adalah bagian dari tahapan hidup kita untuk mematangkan dan menyempurnakan satu jam sebelumnya.

Maha benar Allah yang berfirman :

“Jikalau engkau menyelesaikan satu urusan, maka bersegeralah untuk menyelesaikan persoalan yang lain.”

>> Kisah Berhikmah

Orang-orang mengenal Khuzaimah sebagai orang yang dermawan dan suka membantu teman dan tetangga sekitarnya. Siapa saja yang memerlukan bantuannya tidak pernah ia kecewakan. Hal ini terus berlangsung sampai hartanya berkurang dan ia menjadi miskin. Khuzaimah juga memiliki sifat malu dan menjaga diri. Ia tidak mau menengadahkan tangannya untuk meminta sesuatu pada orang lain. Betapa pun ia menderita dan sengsara.

Keadaan Khuzaimah yang fakir dan menyedihkan itu diketahui oleh Ikrimah, gubernur daerah itu. Ikrimah tidak tega melihat hal itu. Dalam hati ia berkata, “ “Bagaimana mungkin orang yang dulu begitu pemurah dan suka menolong orang sekarang hidup sengsara dalam kemiskinan dan kelaparan. “

Ketika malam datang, Ikrimah mengambil empat ribu dirham dan memasukkannya ke dalam kantong. Ia keluar dari rumahnya diam-diam dengan menyamar. Ia menunggang kudanya dan berjalan menembus malam menuju rumah Khuzaimah. Ia mengetuk pintu berkali-kali. Begitu Khuzaimah keluar, Ikrimah langsung memberikan uang itu padanya seraya berkata, “Perbaikilah hidupmu dan keluargamu dengan harta ini!”

Khuzaimah menerima kantong itu. Setelah ia buka ternyata penuh berisi uang. Ia lalu menaruh kantong itu di tanah dan secepat kilat tangan kanannya memegang kendali kuda Ikrimah dan bertanya “ Siapa kamu? Beri tahu aku !”

Ikrimah menjawab, “Aku datang ketika malam telah larut kepadamu bukan dengan tujuan agar engkau mengenalku. Tapi aku datang hanya untuk mengantarkan uang ini padamu. Titik!”

Khuzaimah menukas, “ Dan aku tidak mau menerima uang ini jika aku tidak mengetahui siapa kamu !”

Ikrimah menjawab, “ Baiklah jika kau tetap memaksaku, maka ketahuilah aku adalah sang penolong orang dermawan dari pengkhianatan zaman!”

Lalu dengan cepat Ikrimah memacu kudanya.

Pagi harinya, Khuzaimah keluar dengan wajah cerah. Ia membayar semua hutang-hutangnya dan membeli makanan untuk anak-anaknya. Sedangkan Ikrimah, begitu ia pulang ke rumah, istrinya terus bertanya kenapa ia keluar di tengah malam dengan menyamar. Karena terus memaksa akhirnya Ikrimah menceritakan rahasianya, namun ia meminta agar istrinya menjaga rahasia itu agar hanya mereka berdua dan Allah yang tahu.

Waktu terus berjalan. Keadaan Khuzaimah semakin membaik.

Suatu hari beliau dipanggil khalifah agar menghadap ke istana. Beliapun pergi menemui khalifah. Khalifah berkata, “ Aku telah mengangkatmu menggantikan Ikrimah. Sekarang temuilah dia dan periksalah harta yang diperoleh dari kaum muslimin dan bagaimana dia membelanjakannya!”

Khuzaimah pun kembali ke daerahnya sebagai gubernur. Dan ketika Ikrimah tahu Khuzaimah diangkat menjadi gubernur ia menyambutnya bersama segenap keluarganya dengan penuh rasa bahagia.

Khuzaimah memasuki istana pemerintahan diiringi serombongan prajurit. Hal yang pertama ia lakukan adalah memerintahkan bendahara untuk memeriksa keuangan pemerintahan Ikrimah. Setelah diperiksa ia menemukan adanya harta yang kurang empat ribu dirham dan belum dilunasi Ikrimah. Khuzaimah minta agar Ikrimah melunasinya. Tapi Ikrimah tidak punya harta untuk melunasinya. Khuzaimah minta pada prajuritnya agar Ikrimah diikat dengan rantai dan memasukkannya ke dalam penjara sampai melunasinya. Keadilan harus ditegakkan meskipun pada teman sendiri.

Ikrimah masuk ke dalam penjara tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dan tanpa menjelaskan kepada Khuzaimah untuk apa sebenarnya uang tersebut.

Ketika istri Ikrimah mengetahui suaminya dipenjara ia sedih bukan main. Setelah berhari-hari keadaan istri Ikrimah dan anak-anaknya semakin memburuk. Istri Ikrimah tidak bisa bersabar lagi, ia memanggil pembantunya dan berkata : “Pergilah kau ke istana Gubernur Khuzaimah. Katakan padanya, “Aku ingin mengatakan sesuatu padamu dan tidak mau di dengar orang lain.” Jika orang-orang yang ada di sampingnya sudah pergi dan tinggal gubernur seorang katakana padanya, Bukan begitu semestinya kau membalas ‘Sang penolong orang dermawan dari pengkhianatan zaman!”

Pembantunya itu lalu pergi ke tempat gubernur dan melakukan apa yang diperintahkan tuannya. Begitu mengetahui keadaan sesungguhnya, seketika itu gugernur berteriak, “Oh alangkah celakanya aku! Alangkah tidak tahu dirinya ! Ternyata “sang penolong orang dermawan dari pengkhianatan zaman itu adalah kau Ikrimah! Dan uang itu kau gunakan untuk menolongku saat aku sengsara. Kenapa kau tidak berterus terang?”

Ia lalu berdiri dan mengumpulkan seluruh pembesar dan pemuka masyarakat. Ia memimpin rombongan itu menuju penjara. Khuzaimah dan rombongannya memasuki penjara. Ia mendapati Ikrimah telah kurus dan wajahnya kuning dan pucat. Pakaiannya kumal karena telah berhari-hari tidak diganti. Kedua tangan dan kakinya terikat rantai besi. Khuzaimah menatapnya dengan bercucur air mata. Ia memeluk dan mencium kepala Ikrimah serta minta maaf atas apa yang dilakukannya. Ikrimah keheranan dan bertanya, “Apa yang membuatmu melakukan hal ini Khuzaimah?”

Khuzaimah menjawab, “Kemurahanmu…dan keluhuran budimu, sementara aku telah membalas kebaikanmu dengan kejahatan dan aku tidak mengetahuinya!”

Ikrimah berkata, “Allah mengampunimu.”

Khuzaimah lalu minta pada penjaga penjara untuk melepaskan rantai Ikrimah dan meminta untuk merantainya sebagai gantinya. Tatkala Ikrimah menanyakan sebab permintaannya yang aneh itu, Khuzaimah menjawab, “Aku ingin merasakan dirantai dan dipenjara seperti yang kau rasakan.”

Ikrimah bersumpah tidak akan keluar dari penjara kecuali bersama Khuzaimah. Akhirnya keduanya diiringi prajurit dan pemuka masyarakat keluar dari penjara bersama. Ikrimah dibawa ke rumah Khuzaimah. Ikrimah mengucapkan terima kasih dan meminta izin untuk pulang. Namun Khuzaimah mencegahnya, “ Kau tidak boleh pulang ke rumahmu kecuali bekas-bekas pucat di wajahmu hilang. Kau boleh pulang kalau sudah pulih dan segar seperti sediakala.”

Khuzaimah menjamu Ikrimah di rumahnya. Ia memberikan pakaian yang terbaik dan memilihkan kuda yang terbaik. Setelah sehat kembali, Ikrimah pulang ke rumahnya diiringi do’a Khuzaimah untuk keselamatannya dan seluruh keluarganya.

Ya Allah, penuhilah dunia ini dengan orang-orang seperti Ikrimah dan Khuzaimah.

>> SMS Berjawab

Kenapa akhir-akhir ini aku malas jalanin shalat ? Padahal tiap kali waktu shalat pasti ada keniatan untuk shalat, tapi aku males njalaninya. Mohon beri jalan keluarnya. 081802695xxx

Pertama kali bersahabatlah dengan orang yang rajin dan suka mengajak siapapun untuk shalat tepat waktu. Semoga lama-lama jadi biasa.

Saya selalu berusaha tuk mendekatkan diri pada Allah, tapi saya masih mudah emosi dan agak sulit memaafkan. Apa itu penyakit yang membuat pelupa dan was-was ? Mohon bimbingan Ustadz ? 081578772xxx

Allah saja Maha Pemaaf, maka atas dasar apa kita tidak mau memaafkan orang lain, selanjutnya seringlah berdoa : “Ya Allah, masukkan aku ke surga bersama orang-orang yang menyakitiku. Pelupa dan was-was diakibatkan karena kebodohan.

Responses

  1. kecerdasan pikiran (IQ, EQ dan SQ) perlu disinergikan dengan kecerdasan hati (dzauq, aql, qalb, shadr, fuad, bashirah dan lubb}. Uraian ini saya peroleh dari buku “Laduni Quotient; Model Kecerdasan Masa Depan”.

  2. Syukron..
    Afwan sy blm prnh mbc buku tsb


Leave a comment