Posted by: mediasholeha | May 2, 2013

Kisah Nabi Yususf [2]

Menjadi bendahara Mesir

Allah mengisahkan di dalam Al-Qur’an, bahwa Raja mesir telah bermimpi dan mengabarkan mimpinya pada pembesar-pembesar di kerajaannya.

“Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering.” Hai orang-orang yang terkemuka : “Terangkanlah kepadaku tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu dapat mena’birkan mimpi.” (QS Yusuf : 42)

mimpi raja

Tidak satu pun di antara mereka yang mengetahui arti dari mimpi itu. Lalu teman Nabi Yusuf di penjara yang selamat ketika itu teringat akan pesan Nabi Yusuf, maka dia pun meminta agar diutus kepada Nabi Yusuf untuk menanyakan tentang ta’bir mimpi itu. Ketika sampai di penjara orang itu pun berkata: “Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.” (QS Yusuf : 46) Nabi Yusuf pun berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur.” (QS Yusuf : 47-49)

Raja lalu meminta agar Yusuf dihadapkan kepadanya, namun beliau menolak. Nabi Yusuf terlebih dahulu ingin agar namanya dibersihkan, karena dia dipenjarakan dengan tuduhan palsu menggoda isteri seorang pembesar Mesir, padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Beliau ingin membuktikan bahwa dia tidak berkhianat di belakang Al-Aziz.

Lalu akhirnya Zulaikha mengakui bahwa dirinya lah yang bersalah dan Nabi Yusuf adalah seorang yang benar. Kemudian Raja pun memerintahkan agar Yusuf dibawa ke hadapannya agar dapat diangkat menjadi orang yang dekat dengan Raja. Dia berkata: “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami“. (QS Yusuf : 54) Nabi Yusuf pun berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”. (QS Yusuf : 55) Demikianlah, akhirnya Nabi Yusuf diangkat sebagai orang yang memiliki kedudukan tinggi di kerajaan Mesir. Beliau memiliki kekuasaan penuh untuk pergi ke mana saja yang diinginkannya. Itulah balasan Allah kepada orang-orang beriman yang berbuat baik dan bertaqwa kepada Allah.

Berkumpul kembali bersama keluarga

keluarga

Setelah diangkat menjadi bendaharawan Mesir, Nabi Yusuf pun mengatur negeri tersebut untuk menghadapi masa-masa sulit sebagaimana yang dijelaskannya dari mimpi sang Raja. Selama tujuh tahun rakyat Mesir menanan dan mendapatkan hasil panen yang melimpah, sebagian dimakan, dan sebagian besar disimpan untuk persiapan menghadapi musim paceklik selama tujuh tahun ke depan.

Tujuh tahun kemudian, musim paceklik terjadi dimana-mana. Banyak yang berdatangan ke Mesir, karena negeri ini menyimpan perbekalan yang cukup, hasil panen dari tahun-tahun sebelumnya.

Maka suadara-saudara Nabi Yusuf pun datang ke Mesir untuk menukarkan benda-benda milik mereka dengan bahan makanan, untuk menghidupi keluarga mereka. Ketika bertemu mereka, Nabi Yusuf langsung mengenali saudara-saudaranya, sedangkan mereka tidak mengenali beliau. Lalu Nabi Yusuf pun memenuhi kebutuhan mereka dan berkata, “Bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu (Bunyamin), tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan sukatan dan aku adalah sebaik-baik penerima tamu?’ (QS Yusuf : 59)

Nabi Yusuf sangat ingin agar mereka kembali lagi tahun depan bersama saudaranya Bunyamin untuk melepas rindu. Bahkan beliau menakut-nakuti mereka tidak akan memberikan bahan makanan lagi jika tidak membawa ssaudaranya. Lalu saudara-saudara Nabi Yusuf pun pulang kembali ke Palestina dan mengabarkan kepada ayah mereka. Nabi Ya’qub tidak ingin melepaskan Bunyamin karena masih teringat akan perlakuan mereka terhadap Yusuf. Namun akhirnya beliau pun mengizinkannya setelah mengambil janji dari mereka dengan Allah sebagai saksinya. Maka pada tahun berikutnya, mereka pun kembali ke Mesir bersama Bunyamin. Ketika mereka masuk ke tempat Nabi Yusuf, beliau pun membawa Bunyamin dan memberitahukan secara diam-diam kalau dia adalah Yusuf saudaranya.

Lalu Nabi Yusuf pun membuat siasat agar dapat menahan Bunyamin bersamanya. Setelah menyiapkan bahan makanan bagi saudara-saudaranya, beliau memerintahkan pengawalnya memasukkan takaran raja ke dalam karung Bunyamin. Kemudian berteriaklah seseorang, “Hai kafilah, sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang mencuri.” (QS Yusuf : 70) Saudara-saudara Yusuf bertanya, “Barang apakah yang hilang dari pada kamu?” (QS Yusuf : 71)

Kemudian dikatakan bahwa yang hilang adalah takaran raja. Maka saudara-saudara Yusuf pun berkata, “Demi Allah sesungguhnya kamu mengetahui bahwa kami datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan kami bukanlah para pencuri “. (QS Yusuf : 73)

Mereka menjawab: “”Tetapi apa balasannya jikalau kamu betul-betul pendusta? Saudara-saudara Yusuf berkata. “Balasannya, ialah pada siapa diketemukan (barang yang hilang) dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya (tebusannya).” (QS Yusuf : 75) Ini adalah hukum bagi orang yang berbuat kezaliman dalam syariat Nabi Ya’qub. Akhirnya karung-karung mereka pun diperiksa satu persatu, dan yang terakhir adalah karung milik Bunyamin.

Melihat itu, saudara-saudaranya pun berkata, “Jika ia mencuri, maka sesungguhnya, telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu”. Yang mereka maksud adalah bahwa dulu saudara Bunyamin (juga saudara mereka seayah) yakni Yusuf, juga pernah mencuri. Mendengar itu Nabi Yusuf menyimpan kejengkelannya dan berkata dalam hati: “Kamu lebih buruk kedudukanmu (sifat-sifatmu) dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan itu”. (QS Yusuf : 77)

Maka ditahanlah Bunyamin di istana. Saudara-saudaranya pun merasa putus asa terhadap putusan Nabi Yusuf. Mereka bermusyawarah, dan berkatalah saudara mereka yang tertua:

“Tidakkah kamu ketahui bahwa sesungguhnya ayahmu telah mengambil janji dari kamu dengan nama Allah dan sebelum itu kamu telah menyia-nyiakan Yusuf. Sebab itu aku tidak akan meninggalkan negeri Mesir, sampai ayahku mengizinkan kepadaku (untuk kembali), atau Allah memberi keputusan terhadapku. Dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya”. (QS Yusuf : 80) Saudara-saudaranya yang lain pun kembali dengan perasaan berat karena harus menyampaikan berita buruk ini kepada ayah mereka. Ketika sampai kepada ayahnya, mereka menceeritakan apa yang terjadi, berusaha meyakinkan ayah mereka bahwa yang terjadi adalah diluar kehendak mereka dan bahwa mereka adalah orang-orang yang benar. Nabi Ya’qub tidak percaya bahwa Bunyamin telah mencuri karena ia tidak mempunya sifat yang tercela.

Maka beliu berkata kepada anak-anaknya:

“Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku. sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS Yusuf : 83)

Nabi Ya’qub meyakini kalau anaknya Yusuf masih hidup, itulah sebabnya beliau berdoa semoga Allah mengembalikan semua anak-anaknya. Kesedihan Nabi Ya’qub semakin mendalam. Beliau telah kehilangan Yusuf dan kini harus kehilangan anak-anaknya yang lain. Dalam Al-Qur’an dikisahkan bahwa akibat duka cita yang mendalam itu, mata beliau menjadi putih, karena seringnya menangis mengadukan keadaannya kepada Allah. Beliau juga menahan amarahnya kepada anak-anaknya.

Melihat keadaannya, anak-anaknya pun merasa prihatin dan berkata kepada ayah mereka dengan lemah lembut agar tidak lagi terlalu mengingat Yusuf yang menyebabkan tubuhnya menjadi kurus kering dan matanya menjadi buta.

Nabi Ya’qub pun berkata: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya.” (QS Yusuf : 86) Beliau pun meminta anak-anaknya untuk mencari kabar tentang Nabi Yusuf dan saudaranya, karena beliau tetap berkeyakinan bahwa Yusuf masih hidup. Beliau mengatakan kepada anak-anaknya untuk tidak berputus asa. Beliau berkata:

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS Yusuf : 87)

Singkat cerita, pada tahun berikutnya, saudara-saudara Nabi Yusuf kembali ke Mesir untuk menukar barang-barang mereka dengan bahan makanan seperti tahun-tahun sebelumnya, meminta kemurahan hati dari Nabi Yusuf. Nabi Yusuf pun berkata: “Apakah kamu mengetahui (kejelekan) apa yang telah kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya ketika kamu tidak mengetahui (akibat) perbuatanmu itu?”.(QS Yusuf : 89)

Saudara-saudaranya pun terkejut. Mereka baru menyadari bahwa yang berdiri di hadapan mereka adalah saudara mereka, Yusuf, yang pernah mereka buang ke dasar sumur. Seolah ingin meyakinkan diri mereka pun bertanya:

“Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?”. Yusuf menjawab: “Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami”. Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik” (QS Yusuf: 90) Saudara-saudara Nabi Yusuf pun mengakui kelebihan yang Allah berikan kepada beliau, dan megnakui kesalahan-kesalahan mereka. Karena belas kasih kepada saudara-saudaranya, Nabi Yusuf pun berkata: “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang”. (QS Yusuf : 92)

Dan beliau pun berkata pula: “Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah dia kewajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku”. (QS Yusuf [12] : 93) Maka rombongan saudara Nabi Yusuf pun kembali ke negerinya untuk menjemput ayah dan keluarga mereka. Sebelum mereka memasuki negerinya, Nabi Ya’qub berkata kepada keluarganya: “Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)”. Keluarganya berkata: “Demi Allah, sesungguhnya kamu masih dalam kekeliruanmu yang dahulu “. (QS Yusuf [12] : 94-95)

Ketika rombongan itu tiba, mereka meletakkan baju gamis Nabi Yusuf ke wajah Nabi Ya’qub, sehingga beliau dapat melihat kembali. Nabi Ya’qub pun berkata: “Tidakkah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya”. (QS Yusuf [12] : 96) Saudara-saudara Nabi Yusuf pun menyadari dan mengakui kesalahan mereka, dan berkata:: “Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)”.(QS Yusuf [12] : 97) Mereka sangat berharap Allah akan mengampuni mereka melalui doa ayah mereka, karena keutamaan ayah mereka sebagai seorang Nabi Allah.

Ya’qub berkata: “Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS Yusuf [12] : 94-98)

Setelah itu diboyonglah Nabi Ya’qub beserta seluruh keluarganya ke istana. Sesampainya di sana, Nabi Yusuf mendudukkan ayah dan ibunya di singgasana, bersamanya, lalu mereka semua, saudara-saudara Nabi Yusuf yang berjumlah 11 orang, ayah dan ibunya bersujud kepada beliau. Sujud ini diperbolehkan dalam syariat Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf, yang menunjukkan penghormatan mereka kepada Nabi Yusuf atas keutamaan yang Allah anugerahkan kepada beliau. Sedangkan dalam syariat Islam yang dibawa oleh Nabi kita Muhammad, manusia dilarang sujud kepada siapapun atau apapun, dan diperintahkan untuk bersujud hanya kepada Allah saja.

Nabi Yusuf pun berkata: “Wahai ayahku inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu. sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

“Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta’bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” (QS Yusuf [12] : 100-102)

Demikianlah kisah Nabi Yusuf. Setelah cobaan yang menimpanya, dan kerinduannya yang sangat besar terhadap ayah ibu dan keluarganya, akhinya dapat berkumpul kembali dengan keluarganya dan hidup berbahagia. Dikisahkan bahwa Nabi Ya’qub hidup besama di Mesir Nabi Yusuf selama tujuh belas tahun. Ketika Nabi Ya’qub wafat, Nabi Yusuf membawanya untuk dikuburkan di dekat ayah dan kakeknya, yakni Nabi Ishak dan Nabi Ibrahim. Dikisahkan pula bahwa Nabi Yusuf wafat dan berwasiat untuk dikuburkan di sisi kedua orang tuanya.

Pelajaran dari kisah ini:

Nah teman-teman, sampai disini kisah Nabi Yusuf. Ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah ini, di antaranya:

–          Menjadi seorang pemaaf adalah sifat yang sangat mulia. Lihatlah Nabi Yusuf, ketika saudara-saudaranya telah mengenali dan meminta maaf kepada beliau, Nabi Yusuf pun langsung memaafkan mereka dengan berkata: “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang”. (QS Yusuf : 92)

–          Kalimat ini juga lah yang diucapkan Nabi Muhammad kepada orang-orang kafir Quraisy setelah penaklukkan kota Makkah dan mereka meminta maaf kepada beliau dan berbondong-bondong masuk Islam.

–          Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf adalah orang-orang mulia yang memberikan tauladan dalam hal kesabaran yang baik, yang menahan amarah atas perbuatan keji saudara-saudara Nabi Yusuf, dan mengadukan semua persoalan mereka hanya kepada Allah semata.

–          Kita tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah, sebagaimana yang dikatakan dan dicontohkan oleh Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf. Setelah kesulitan pasti ada kemudahan, sebagaimana penderitaan Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf yang Allah gantikan dengan kebahagiaan dan balasan yang lebih baik di sisi-Nya.

–          Kita tidak boleh mengungkit-ungkit kesalahan orang yang telah mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Lihatlah Nabi Yusuf, tidak sedikit pun dia merendahkan saudara-saudaranya karena kesalahan mereka. Beliau menyebutkan bahwa sesungguhnya syaithan lah yang telah menyebabkan rusaknya hubungan beliau dengan saudara-saudaranya,

***Diringkas dan disusun kembali dari Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir v, Penerbit, Pustaka Azzam, 2006.

http://www.raudhatulmuhibbin.org


Leave a comment

Categories